Riau Peroleh Bantuan Hujan Buatan Cegah Kebakaran Hutan
PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau Edwar Sanger mengatakan pemerintah pusat memberikan bantuan modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan guna mencegah kebakaran lahan dan hutan selama musim kemarau di daerah ini.
"Rencananya hujan buatan itu akan mulai kita lakukan Jumat (15/7) pekan ini," kata Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Kamis (14/7).
Dia mengatakan, pelaksanaan hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) tersebut menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Lokasi hujan buatan difokuskan di wilayah pesisir Riau seperti Rokan Hilir, karena daerah itu mengalami kemarau cukup parah, dan terjadi kebakaran lahan yang cukup parah.
Menurut Edward, pelaksanaan TMC itu akan terus dilakukan karena semakin menipisnya curah hujan yang diprediksikan terus terjadi hingga Agustus mendatang.
Dalam operasi TMC itu, dia mengatakan BPPT menggunakan satu unit pesawat jenis Cassa yang diterbangkan dari Jakarta pada siang hari ini. "Setiap kali penerbangan, pesawat itu mampu mengangkut satu ton garam," katanya.
Sementara itu Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT(BBTMC-BPPT), Tri Handoko Seto, mengatakan pihaknya selalu berupaya melakukan pelayanan optimal. Sejak 2014, menurut pengakuannya, hanya ada satu pesawat yang dapat digunakan untuk operasi hujan buatan.
“Saat ini permintaan untuk layanan TMC di Indonesia banyak sekali. Namun, pesawatnya hanya ada satu, itu pun milik operator Pelita Air. Kami butuh dua pesawat yang prima untuk melakukan hujan buatan,” kata Seto di Jakarta, Jumat (15/7), seperti dilansir situs bppt.go.id.
Seto menambahkan, saat ini pesawat yang ada pun sudah tidak layak pakai. Umurnya sudah di atas dua puluhan tahun. “Umur pesawat CASA 212-200 BPPT jika diperinci PK-TLE 23 tahun, PK-TLG 22 tahun, PK-TLG 23 tahun, PK-TLI 23 tahun. Bahkan pesawat Paper Chayennye PK-TMC 37 tahun. Itu semua membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit,” katanya.
Berdasarkan kenyataan itu, terlihat pesawat untuk operasi hujan buatan di Indonesia sangat kurang, apalagi jika bencana asap terjadi di tempat yang sama, semisal seperti saat ini di mana banyak titik asap yang munculnya tidak dalam lokasi yang berdekatan. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pesawat karena kegiatan tersebut harus dilaksanakan paralel,” kata Seto.
BPBD Provinsi Riau mencatat 1.400 hektare total luas kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau terjadi mulai Januari hingga awal Juli 2016.
Bahkan, selama libur Lebaran ini, kebakaran lahan meluas. Kebakaran terjadi di sejumlah wilayah seperti Siak, Pelalawan, Rokan Hilir, Dumai, Kampar dan Rokan Hulu. Di Pelalawan, kebakaran terjadi di areal Taman Nasional Tesso Nilo.
Selama ini, Satgas Karhutla Riau mencegah kebakaran lahan dan hutan dengan membangun ribuan kanal dan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan dengan cara pengeboman air.
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...