Ribuan Aktivis Thailand Gelar Demonstrasi Tuntut Perubahan Demokrasi
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Aktivis Thailand yang berjuang untuk perubahan demokrasi mengadakan demonstrasi besar ketiga di Bangkok pada hari Rabu (14/10), di tengah kekhawatiran tentang kemungkinan konfrontasi dengan polisi atau kelompok saingan yang mendukung pemerintah.
Meskipun ada kehadiran pasukan keamanan besar-besaran dan gangguan dari para demonstran tandingan, ribuan pengunjuk rasa berbaris dari Monumen Demokrasi Bangkok menuju Gedung Pemerintah, kantor Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. “Perdana menteri, keluar!” mereka bernyanyi.
Sebelum meninggalkan Monumen Demokrasi, beberapa bentrokan kecil terjadi antara pengunjuk rasa dan lawan mereka, yang saling memukul dan melempar botol plastik ketika polisi berusaha memisahkan mereka.
Ada spekulasi bahwa kontra pengunjuk rasa diorganisir oleh pihak berwenang, dengan video di media sosial menunjukkan truk kota membawa kelompokitu ke lokasi demonstrasi tersebut.
Para pengunjuk rasa bernegosiasi untuk jalan mereka tanpa perlawanan melewati beberapa penghalang jalan polisi sebelum mencapai target mereka, hampir selama empat jam. Para pemimpin protes mengumumkan rencana untuk tinggal di sana setidaknya selama tiga hari. Wakil juru bicara polisi, Kolonel Kissana Phathanacharoen, memperkirakan kerumunan itu mencapai 8.000 orang.
Situasi diperumit oleh rencana Raja Maha Vajiralongkorn, termasuk jadwal perjalanan melewati tempat protes untuk menghadiri upacara kerajaan. Para pengunjuk rasa berjanji memberi jalan tetapi ada kemungkinan bahwa mereka setidaknya bisa menunjukkan rasa tidak hormat publik terhadap mahkota.
Beberapa mobil yang biasanya digunakan oleh keluarga kerajaan kemudian terlihat di jalan-jalan terdekat tetapi penumpangnya tidak dapat dikonfirmasi. Video dan foto yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan apa yang diklaim sebagai pengunjuk rasa yang memberi isyarat dan berteriak di dekat kendaraan. Ini belum pernah terjadi sebelumnya di Thailand, di mana keluarga kerajaan secara tradisional dihormati.
Protes hari Rabu diadakan pada peringatan tanggal penting dalam pemberontakan rakyat tahun 1973 yang menyebabkan penggulingan kediktatoran militer. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...