Ribuan Orang Unjuk Rasa Tuntut Perlindungan Iklim di Berbagai Kota Jerman
JERMAN, SATUHARAPAN.COM – Di berbagai kota di Jerman hari Jumat (20/9), digelar aksi menuntut kebijakan tegas perlindung iklim "Demi Masa Depan", mengacu pada gerakan anak-anak sekolah "Fridays for Future" yang dicetuskan aktivis Swedia Greta Thunberg.
Penggalangan massa dimaksudkan sebagai tekanan kepada pemerintah koalisi CDU/CSU/SPD pimpinan Kanselir Angela Merkel, yang Jumat (20/9) mengumumkan paket kebijakan perlindungan iklim di Berlin.
Di Berlin, massa sejak pagi sudah berkumpul dan mencoba menutup jalan-jalan protokol sebagai bagian dari aksi protes. Aksi itu membuat kekacauan lalu lintas di ibukota Jerman. Aksi serupa juga dilakukan di kota-kota besar lain. Pawai serentak dimulai tepat pukul 12 siang. Aksi tersebut didukung oleh berbagai kelompok masyarakat, serikat pekerja dan organisasi profesi.
Merkel : Perlindungan Iklim Perlu Biaya
Pemerintah Jerman mengusulkan, paket perlindungan iklim yang akan menelan biaya miliaran euro. Jerman adalah negara kaya, namun pemerintahnya hingga kini kelihatan masih ragu mengambil kebijakan yang lebih tegas untuk perlindungan iklim.
Para pejabat Jerman memang mengakui, bahwa pemerintah gagal memenuhi target emisi yang dicanangkan untuk tahun 2020. Karena itu, pemerintah koalisi sekarang ingin membuat terobosan baru dengan target 2030, yang diumumkan hari Jumat (20/9).
Kanselir Angela Merkel (CDU), dan wakilnya, Menteri Keuangan Olaf Scholz (SPD) selama debat di parlemen menegaskan bahwa, harus ada perubahan besar dalam politik kebijakan iklim.
Di hadapan anggota parlemen, Merkel mengatakan, “Tidak melakukan apa pun, bukanlah pilihan." Dia menambahkan, langkah-langkah perlindungan iklim pasti membutuhkan biaya, namun biaya itu nantinya akan jauh lebih tinggi, jika tidak diambil tindakan sekarang juga.
Partai Hijau: Berutang untuk Perlindungan Iklim
Pemerintah, bermaksud menggalakkan penjualan mobil listrik dengan memberi insentif beberapa ribu euro kepada pembeli. Selain itu, pemerintah juga akan membangun jutaan stasiun pengisian baterai, untuk menjamin suplai listrik kepada para pengendara mobil listrik.
Namun Partai Sosial demokrat SPD mengingatkan, biaya perlindungan iklim jangan sampai hanya dibebankan kepada rakyat berpendapatan rendah.
"Di masa depan, siapa pun yang mencemari lingkungan harus membayar lebih," kata anggota Presidium SPD Malu Dreyer. Dia menambahkan, mereka yang membantu melestarikan lingkungan harus "mendapat keuntungan finansial".
Karena kebijakan perlindungan iklim perlu dana besar, Partai Hijau kini mendesak agar pemerintah mengakhiri kebijakan anggaran ketat. Selama beberapa tahun terkahir, pemerintah Jerman menerapkan politik anggaran ketat tanpa utang baru, yang dikenal dengan sebutan politik "Nol Hitam" (Schwarze Null).
Wakil Ketua Partai Hijau Robert Habeck menuntut, agar ambang batas utang disesuaikan sesuai dengan pedoman stabilitas Eropa. Menurut perhitungannya, dengan standar itu Jerman masih bisa membuat utang baru sekitar 30-35 miliar per euro(Rp 465 – Rp 543 triliun), tanpa kehilangan stabilitas ekonominya. (dw.com)
Editor : DA
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...