Ribuan Palestina Turun ke Jalan Peringati Hari Tahanan
RAMALLAH, SATUHARAPAN.COM – Ribuan orang Palestina turun ke jalan melintasi tepi barat pada hari Minggu (18/4) untuk memperingati Hari Tahanan dan untuk menyuarakan penderitaan 7.000 rekan senegaranya yang dipenjarakan oleh Israel.
Hari Tahanan (Prisoners Day) sudah diperingati tiap tahun sejak 1974, ketika tahanan pertama Palestina – Mahmoud Hijazi- dilepaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.
Di tengah-tengah kota Ramallah, para keluarga berkumpul mengibarkan bendera Israel dan memegang bingkai foto maupun poster dari keluarga yang telah dipenjarakan: Faheem al-Khateeb, yang sudah ada dipenjara sejak 2015, Adeeb Mafarjeh, yang sekarang tengah mogok makan, dan Marwan al-Barghouti, pemimpin Fatah dan seorang anggota parlemen, yang beberapa kali sering disebut “Mandelanya Palestina”.
“Ada 750 tahanan administratif, tiga dari mereka adalah perempuan, dan sisanya 700 tahanan yang sakit,” kata Issa Qaraqe, kepala Komisi Urusan Tahanan PLO. Para tahanan administratif bisa ditahan tanpa diadili atau ditahan untuk waktu yang lama.
“Kami tidak ada upaya tambahan untuk melepaskan mereka baik dengan berpaling ke badan-badan internasional, seperti Mahkamah Pidana Internasional, atau dengan terus menjelaskan penderitaan mereka dengan acara seperti ini," tambah Qaraqe.
Seorang ibu yang sedang berurai air mata sambil memeluk foto anaknya mengatakan bahwa dia tidak diizinkan lagi mengunjungi anaknya ke penjara.
"Hak kunjungan saya direbut, karena pemerintah Israel menuduh saya membawa pisau," kata ibu dari Eyad Fawaghreh, yang telah mogok makan selama lebih dari sebulan untuk memprotes penolakan kunjungan keluarga.
Fawaghreh, yang sudah menghabiskan masa tahanan 11 tahun dari hukumannya 27 tahun, menolak obat penghilang rasa sakit dan vitamin sampai hak kunjungannya dikembalikan, kata Yousef al-Nasassra, seorang pengacara yang mewakilinya.
Ada 30 tahanan yang telah dipenjara sejak sebelum Perjanjian Perdamaian Oslo ditandatangani pada tahun 1993 antara PLO dan Israel, menurut Perkumpulan Tahanan Palestina. Di antara para tahanan ada enam anggota parlemen dan 18 wartawan, kata kelompok itu.
Di Jenin, sekolah pada hari Minggu mendedikasikan satu kelas untuk mengajar tentang populasi tahanan yang meliputi 75 siswa dan 30 guru, menurut Kementerian Pendidikan Otoritas Palestina.
Stasiun radio lokal menayangkan berita tentang warga Palestina yang dipenjara, gereja memberikan dukungan lewat lonceng mereka, dan masjid menggunakan pengeras suara untuk berdoa bagi tahanan sepanjang hari.
Di luar gedung Palang Merah, beberapa orang berkumpul untuk menandatangani petisi yang menyerukan pembebasan orang yang mereka cintai.
"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menyelidiki pelanggaran terhadap saudara-saudara di dalam penjara-penjara Israel," kata Mansour al-Saadi, wakil gubernur Jenin.
"Israel bahkan memenjarakan anak berumur 12 tahun. Bagaimana tidak biadab," ia berkata, mengacu pada anak Palestina yang saat ini ditahan oleh Israel dan akan dibebaskan pada 24 April.
Di Kota Gaza, anggota dari berbagai fraksi politik - termasuk pihak yang bertikai Hamas dan Fatah - mengambil bagian dalam unjuk rasa yang berakhir di luar lingkungan Palang Merah.
Sebagai anggota partai, mereka menggunakan kesempatan untuk menyoroti perlunya mengakhiri perpecahan antara dua fraksi, kelompok pengecam Otoritas Palestina dan partai yang berkuasa Fatah, yang katanya sedang melakukan "pekerjaan yang memadai mendukung para tahanan".
"Kasus tahanan harus dibawa ke meja perundingan," kata Wasfi Kabha, pemimpin Hamas, dan mantan menteri tahanan. "Otoritas Palestina menandatangani perjanjian damai dengan Israel tanpa mendapatkan jaminan apapun untuk membebaskan tahanan kami." (kav/aljazeera.com)
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...