Ribuan Warga Serbia Bosnia Demo Menolak Genosida di Srebrenica pada Tahun 1995
BANJA LUKA-BOSNIA-hERZEGOVINA, SATUHARAPAN.COM-Ribuan warga Serbia Bosnia melakukan unjuk rasa pada hari Kamis (18/4) untuk menyangkal bahwa genosida telah dilakukan di Srebrenica pada tahun 1995 meskipun terdapat keputusan sebaliknya dari dua pengadilan PBB.
Lebih dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia dieksekusi oleh pasukan Serbia Bosnia di wilayah kantong Bosnia timur pada bulan Juli 1995. Jenazah para korban dibuang di kuburan massal dan kemudian dikuburkan kembali untuk menyembunyikan bukti kekejaman.
Pengadilan internasional di Den Haag, Belanda, mencap kejahatan di Srebrenica sebagai genosida, yang pertama di Eropa sejak Perang Dunia II. Perwira tinggi militer dan pemimpin politik Serbia Bosnia juga telah dihukum karena genosida oleh hakim PBB.
Srebrenica adalah sebuah “kesalahan” dan “kejahatan besar,” kata pemimpin separatis Serbia Bosnia, Milorad Dodik, kepada massa pada rapat umum di kota barat laut Banja Luka yang merupakan pusat administrasi utama Serbia Bosnia. “Tapi itu bukan genosida.”
Unjuk rasa ini diselenggarakan sebagai protes terhadap rancangan resolusi PBB untuk memperingati genosida di Srebrenica yang didukung oleh politisi Bosnia di Bosnia bersama sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat.
Resolusi tersebut belum disahkan di PBB, namun warga Serbia Bosnia dan negara tetangganya, Serbia, sangat menentang resolusi tersebut, dengan mengatakan bahwa resolusi tersebut akan mencap Serbia sebagai “negara yang melakukan genosida.” Serbia didukung oleh Rusia dan China.
Penyangkalan terhadap genosida dapat dihukum berdasarkan hukum Bosnia sendiri. Namun, parlemen Serbia Bosnia pada hari Kamis (18/4) pagi menyetujui laporan yang menyangkal genosida Srebrenica.
Dodik menegaskan kembali ancamannya bahwa warga Serbia Bosnia, yang menguasai sekitar setengah wilayah Bosnia, akan memisahkan diri dari wilayah lain di negara itu jika resolusi Srebrenica disahkan di Majelis Umum PBB.
Separuh wilayah Bosnia lainnya dikuasai oleh warga Bosnia, yang sebagian besar beragama Islam, dan warga Kroasia.
“Kami tidak ingin hidup satu negara dengan Anda (Bosnia) dan kami tidak akan hidup satu negara dengan Anda,” kata Dodik. “Kami akan melakukannya (berpisah) jika kondisinya tepat.”
Ketua parlemen Serbia dan Perdana Menteri, Ana Brnabic, juga menghadiri pertemuan di Banja Luka.
Dodik sangat pro Rusia dan menghadapi sanksi Amerika dan Inggris karena tindakan separatismenya. Dia telah melakukan perjalanan ke Rusia dan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, meskipun ada invasi ke Ukraina dan bertentangan dengan Barat.
Dalam pidatonya, Dodik mengatakan dia berharap potensi kemenangan mantan Presiden Donald Trump pada pemilu AS mendatang akan menciptakan “kondisi berbeda di mana kita akan bermain.” Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Dodik mengakhiri pidatonya dengan berseru “Hidup Rusia!”
Bosnia masih terpecah secara etnis dan tegang secara politik lama setelah berakhirnya perang tahun 1992-95. Negara Balkan yang bermasalah ini sedang mencari keanggotaan di Uni Eropa, namun perpecahan internal telah menghambat upaya tersebut di tengah kekhawatiran akan ketidakstabilan ketika perang berkecamuk di Ukraina. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...