Rini: Penawaran Saham Freeport Terlalu Tinggi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, mengatakan nilai penawaran 10,6 persen saham divestasi PT Freeport Indonesia terlalu tinggi, tidak menggambarkan kondisi harga riil komoditas yang dihasilkan perusahaan itu.
"Kami tertarik untuk membeli saham Freeport, namun kami menilai yang ditawarkan terlalu tinggi," kata Rini di sela Paparan Kinerja BUMN 2015 dan Target 2016 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, hari Selasa (19/1).
Freeport Indonesia secara resmi pada pekan lalu mengumumkan harga yang ditawarkan atas 10,6 persen saham perusahaan asal Amerika Serikat tersebut sebesar 1,7 miliar dolar atau sekitar Rp 20 triliun.
Menurut Rini, pihaknya sedang meminta dua BUMN sekuritas yaitu PT Danareksa (Persero) dan PT Mandiri Sekuritas (Persero) untuk melakukan evaluasi terhadap penawaran yang disampaikan Freeport Indonesia.
"Kami juga mengevaluasi sendiri dengan meminta masukan, berapa sebetulnya nilai dari Freeport tersebut," ujarnya.
Evaluasi tersebut untuk mengetahui dasar penilaian dari Freeport tersebut, apakah menggunakan "present value", book value asset, atau dihitung berdasarkan harga cadangan tembaga dan emasnya.
"Kami belum tahu. Kalau menghitung cadangan copper (tembaga), tentu harganya saat ini sedang turun jauh atau sangat rendah. Jadi harga yang ditawarkan terlalu mahal," ujarnya.
Menurut Rini, BUMN sesungguhnya tertarik untuk membeli karena sebagai entitas perusahaan milik negara BUMN harus menekankan bagaimana memiliki tambang-tambang besar.
"Karena tambang itu (Freeport) milik bangsa Indonesia, maka kami sebagai BUMN bisa berpartisipasi di tambang besar seperti itu.Jadi itu dasar pemikirannya," tegas Rini.
Meski begitu ia menjelaskan, kedepannya masih ada dasar pembicaraan antara Pemerintah RI dengan BUMN bagaimana kelanjutan dari rencana pembelian itu.
Sebelumnya Rini sudah mengisyaratkan, bahwa BUMN siap masuk Freeport Indonesia dengan mensinergikan kekuatan yang dimiliki empat BUMN Pertambangan, PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Persero.
"Kalau memang ada divestasi Freeport Indonesia, dan kami diberikan kesempatan untuk membeli saham yang akan didivestasikan, kami siap," katanya.
Dalam sinergi 4 BUMN Pertambangan tersebut, Rini menekankan pentingnya konsolidasi dan sinergi untuk menjadi kelompok usaha pertambangan yang besar tidak hanya di Indonesia tapi juga di tingkat global.
Menurut Rini, persoalannya untuk masuk ke Freeport merupakan perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan asal AS tersebut.
"Kami dari BUMN melihat potensi tambang Freeport sangat besar. Namun (untuk masuk) tidak terlepas dari nilai perusahaan itu," ujarnya. (Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...