Rohingya Masuk Indonesia akibat Ketidakadilan Global
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas'udi memandang gelombang ribuan imigran asal Rohingya dan Bangladesh yang memasuki wilayah Indonesia terjadi akibat ketidakadilan global.
"Imigran Ronghiya diperlakukan tidak adil. Negara-negara cuma terbuka pada imigran yang memiliki dolar banyak, tapi hampir semua negara ingin menutup pintu rapat-rapat kepada orang (imigran) yang tidak punya apa-apa. Ini disebut ketidakadilan global, yang sangat menghinakan kemanusian," kata Masdar di Aula DPP PKB, Graha Gus Dur, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Jumat (22/5).
Kiai Masdar sekaligus mengingatkan agar krisis kemanusian yang kini dihadapi oleh imigran Rohingya itu tidak dilihat sebagai konflik agama, tetapi dilihat sebagai peristiwa kemanusiaan. "Persoalan agama dan etnis tersebut hanya bagian bumbu saja. Faktor utama, karena mereka bukan siapa-siapa. (Kita) harus melihat kemanusiaannya," kata kiai yang sejak 2008 menjadi Anggota Ombudsman RI ini.
Untuk itu, Masdar berpendapat, Pemerintah RI seharusnya berperan aktif bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), untuk menyudahi persoalan diskriminasi pengungsian etnis Rohingya hingga ke akar-akarnya.
"Orang yang tidak punya apa-apa, hingga bagi negara yang menjadi tujuannya, mereka ini akan menambah beban. Yang sebenarnya, ini ketidakadilan global yang dipertontonkan. Ketidakadilan, hampir semua negara mempertontonkannya," kata dia.
"Lalu, bagaimana posisi Indonesia kalau dari sudut prinsip kemanusiaan? Saya kira konstitusi kita sangat jelas, bahwa kita masih terbuka kepada mereka sebagai manusia, paling tidak pertama-tama, dan ada faktor -faktor lain. Dan manusia itu mempunyai hak untuk menduduki bumi ini," kata dia.
Karena itu, kata Masdar, dari sudut konstitusi maupun sudut kemanusiaan, kita tidak bisa menutup mata menghadapi problem Rohingya ini. "Mereka orang yang tidak punya lagi tempat tinggal. Saya pikir masyarakat internasional sedang memikirkannya," kata dia.
Lain halnya kalau Rohingya ini mambawa dolar, Masdar memastikan akan diterima dengan baik oleh negara-negara lain. Tetapi, mereka tidak membawa apa-apa kecuali membawa kemanusiaan. "Rupanya, kemanusiaan tanpa didukung oleh dolar, tidak ada harganya," kata Masdar, yang juga menjadi Anggota Komisi Etik ICW itu.
"Sekarang kita sedang menunggu, apakah akan dibuktikan materialisme yang menjadi ideologi dunia," katanya.
Editor : Sotyati
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...