Roy Marten Harap Pemutaran Film di Istana Bukan Lipstik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Aktor senior Roy Marten mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang kembali menayangkan film di Istana Negara Jakarta setelah sekian lama.
"Apresiasi dan penghargaan luar biasa untuk Presiden Jokowi yang mengundang insan-insan perfilman Tanah Air ke istana, walau sebenarnya kalau saya boleh memilih, maunya Presiden Jokowi yang datang ke Gedung Perfilman," kata Roy Marten kepada satuharapan.com, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (30/3).
Namun, ia berharap pemutaran film yang bertepatan dengan peringatan Hari Film Nasional ini dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk membuktikan diri berpihak pada kebangkitan film di Tanah Air, bukan sekedar lipstik hiasan belaka.
"Semoga tidak begitu, kita (insan perfilman Indonesia) sudah lelah," ujar Roy Marten.
Roy juga berharap Pemerintahan Presiden Jokowi mampu menunjukkan keberpihakan pada perkembangan industri film Tanah Air. "Sebab bila hal tersebut tidak terjadi, acara pemutaran film di Istana Negara, hari ini hanya bohong belaka," kata Roy Marten.
Menurut dia, pada era 1980-an, saat perekonomian Indonesia belum maju, kota-kota kecil sudah memiliki gedung film, Namun, Roy Marten melanjutkan, ketika kini jumlah penduduk Indonesia semakin besar, perekonomian Indonesia tumbuh luar biasa, dan kemakmuran rakyat meningkat, gedung film nasional tidak terlihat.
"Dulu ada 2.500 gedung film, hari ini cuman 800, artinya ada penyusutan. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak berpihak," kata Roy Marten.
Jangan Dipikir Saja
Dia berpendapat, demi merealisasikan hal tersebut tidak bisa hanya diwacanakan atau dipikirkan saja, sebab kondisi sekarang gedung perfilman Indonesia dikuasai oleh 21 dan Blitz Megaplex saja. "Mereka itu importir, bagaimana mungkin mereka berpihak pada film nasional," ujar Roy Marten.
"Katanya kita bukan negara kapital, ayo dibangun gedung film, itu tugas pemerintah," dia.
Memang, kata dia, pemerintah sudah mulai menunjukkan keberpihakan lewat pembentukan Badan Ekonomi Kreatif yang dipimpin Triawan Munaf. Tapi, menurut Roy Marten itu saja tidak cukup, sebab yang dibutuhkan saat ini adalah sosok yang mau berjuang membangkitkan perfilman Tanah Air.
"Ada Badan Ekonomi Kreatif, tapi kalau kepala atau menterinya tidak kreatif sama aja bohong," kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...