RPK FM 47 Tahun Berkati Indonesia
RPK FM menjadi dewasa saat melewati krisis.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Radio Pelita Kasih (RPK), tidak hanya menghibur pendengar di Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga memiliki berbagai proyek kemanusiaan di seluruh Indonesia. Pada Minggu (2/11), Radio Pelita Kasih genap berusia 47 tahun, dan dirayakan dengan kebaktian di GKI Gunung Sahari.
Kebaktian Minggu sore tersebut cukup semarak karena ada penampilan khusus dari Karina Pramana dengan Seindah Pelangi Secerah Mentari, murid-murid Sekolah Minggu GKI Gunung Sahari mendendangkan Tuhan Aku Memuji-Mu, dan Keith Martin yang menyanyi Because of You sembari memainkan piano.
Dalam khotbahnya, Pdt Imanuel Kristo—sesuai bacaan Leksionari yang diambil dari Matius 23:1-13—mengingatkan jemaat bahwa orang mengenal kita dari yang mereka lihat, bukan dari yang mereka dengar. Pendeta GKI Gunung Sahari memberi contoh orang Farisi dan para ahli Taurat paham tentang apa yang benar dan salah. Mereka juga dekat dengan lingkaran dalam Bait Allah, pusat keagamaan Yahudi pada zaman Yesus Kristus. Namun, Yesus mengecam dengan keras mereka yang mempertontonkan ucapan yang penuh kerohanian, tetapi tidak menjadi teladan dalam perbuatan (ay. 5 dan 6).
Pdt Imanuel menekankan bahwa kehidupan mereka tidak pantas diikuti. Mereka tidak memiliki “Spiritualitas Bangun”, yaitu kehidupan rohani yang menyadari peran sejati dirinya. Bahwa mereka harus menjadi teladan. Sebab, keteladanan cepat menular dibandingkan dengan omongan.
Keteladanan adalah kesamaan omongan dan perbuatan. Keteladanan adalah “khotbah yang berjalan”. Dan, kata Pdt Imanuel, kita tidak punya pengaruh apa-apa jika tidak punya keteladanan. Sebab, kehidupan kita adalah seperti buku yang terbuka di hadapan orang di sekitar kita. Jadi, kita perlu mengingat ucapan Johann Kaspar Lavater, “Semoga perbuatanku seperti kata-kataku. Dan, kata-kataku sama seperti hati nuraniku.”
RPK FM dan Gerakan Kemanusiaan Indonesia
Setelah kebaktian selesai, Direktur Utama RPK, John Katapi Siswadi mengungkapkan RPK awalnya bernama Radio Pelita, didirikan pada 2 November 1967 sebagai tanggapan terhadap kondisi zaman itu. Radio Pelita awalnya mengudara dari salah satu ruang di GKI Gunung Sahari di Jl Gunung Sahari IV.
Dan, Radio Pelita terus berusaha mendewasakan diri dan melayani pembaca dalam kebutuhan spiritual. Sejak 20 Agustus 1984, dengan menjalin kerja sama dengan PT Sinar Kasih—dan berubah menjadi Radio Pelita Kasih dan berkantor di Jl Dewi Sartika 136 D—RPK menjadi radio yang meneguhkan diri menjadi sumber informasi pendidikan dan kesehatan. Sempat mengalami krisis pada 1997, RPK bangkit menjadi radio yang profesional dan menjadi top of mind para pendengar terutama pendengar Kristen.
RPK yang pada 1993 berpindah jalur dari gelombang AM 1305 KHz menjadi FM 96,35 MHz dan menjadi FM-96,30 MHz tidak hanya memusatkan diri pada bisnis, tetapi juga ikut dalam mendukung gerakan kemanusiaan. Bersama organisasi Gerakan Kemanusiaan Indonesia, RPK ikut terjun dalam menolong pengungsi korban bencana letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara, membantu gereja di Mamasa di Sulawesi Barat dengan satu set pengeras suara, memberi bantuan untuk korban banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara, dan terus memberi bantuan bea siswa untuk anak-anak kurang mampu.
Menutup sambutannya, John K Siswadi memanjatkan doa bahwa Tuhan yang telah menolong pendirian RPK, Tuhan juga yang terus menjagai dan mengembangkan RPK agar memberkati seluruh masyarakat Indonesia dengan karyanya.
Selamat ulang tahun RPK.
Baca juga:
Tentara Ukraina Fokus Tahan Laju Rusia dan Bersiap Hadapi Ba...
KHARKIV-UKRAINA, SATUHARAPAN.COM-Keempat pesawat nirawak itu dirancang untuk membawa bom, tetapi seb...