Rukam, Kekayaan Hayati yang Dilupakan
SATUHARAPAN.COM – Buah rukam matang yang berwarna merah tua, akrab dengan anak-anak pada dekade 50. Buah rukam, atau rukem, yang berdaging keputih-putihan, banyak mengandung air dan manis-asam rasanya, dijual di pasar. Orang biasanya memijit-mijit buahnya terlebih dulu sebelum mengonsumsinya, untuk membuang rasa sepat.
Rukam bertipe buah buni, bentuknya bulat, bulat gepeng, sampai bulat telur sungsang, berdiameter 2-2,5 cm. Warnanya jika masih muda, hijau muda yang kemudian berubah menjadi merah jambu atau hijau-lembayung, sampai merah tua.
Rukam biasanya diolah menjadi rujak, salad buah dengan saus pedas, acar. Rukam juga dapat diolah menjadi manisan atau selai. Kajian literatur Hendro Sunarijono dalam proseanet.org menyebutkan daun mudanya dimakan mentah sebagai lalap. Buah yang belum matang, mengutip dari tropical.theferns.info, kaya akan kandungan tanin, dimanfaatkan untuk obat tradisional diare dan disentri. Jus dari daun dimanfaatkan untuk obat radang kelopak mata.
Rukam, yang memiliki nama ilmiah Flacourtia rukam, Zoll. & Moritzi, dengan nama sinonim Flacourtia euphlebia, mengutip dari Wikipedia adalah tumbuhan asli Kepulauan Nusantara. Menurut situs web Useful Tropical Plants, tropical.theferns.info, rukam dapat dijumpai di kawasan tropis di daerah Asia Tenggara dan juga India. Pohon ini tumbuh di daerah tropika basah sampai pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan air laut. Namun, di alam liar, rukam ditemukan dapat tumbuh pada ketinggian 2.100 meter. Habitat alaminya di hutan primer dan sekunder. Tumbuhan ini mempunyai adaptasi yang cukup terhadap kisaran suhu, curah hujan dan kondisi tanah.
Rukam adalah tumbuhan pohon, yang dapat mencapai ketinggian 20 meter. Batang dan cabang-cabang biasanya berlekuk (bengkok-bengkok) dan beralur. Pada batang rukam terdapat duri-duri yang panjangnya bisa mencapai 10 cm.
Daun rukam berbentuk bulat telur lonjong atau lonjong melanset dengan panjang antara 10 – 18 cm dan lebar antara 4 – 9 cm. Pinggiran daun bergerigi kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat. Saat masih muda daun pohon rukam berwarna merah kecokelatan.
Perbungaan rukam berbentuk tandan dengan sedikit bunga, berukuran pendek, berada di ketiak daun, berbulu halus. Panjang gagang bunga 3-4 mm. Bunga rukam berwarna kuning kehijau-hijauan, umumnya berkelamin tunggal.
Kini, rukam nyaris tinggal nama. Hampir tidak pernah lagi dijumpai rukam dijual di pasar, bahkan di pasar tradisional di kota-kota kecil. Pohon rukam bisa jadi hanya dijumpai di hutan-hutan, seperti dapat dibaca di hasil penelitian Francisca Murti Setyowati dan Mulyati Rahayu (Bidang Botani, Puslit Biologi, LIPI), “Keanekaragaman dan Pemanfaatan Tumbuhan di Pulau Nusakambangan – Cilacap, Jawa Tengah”, yang dimuat di dalam Jurnal Teknologi Lingkungan BPPT. Rukam juga masih dijumpai di hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, seperti dapat dibaca di dalam penelitian Ruddy Polosakan dan Laode Alhamd, “Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Pohon di Hutan Pameungpeuk – Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi”.
Berselancar di dunia maya, kita juga akan mendapati rukam masuk dalam pustaka “Medicinal Plants of Wamena, Jayawijaya” (icbepapua.org).
Manfaat dan Khasiat Rukam
Di daerah penyebarannya, rukam dikenal dengan banyak nama lokal, seperti ta khop thai (Thailand), rukam manis, rukam gajah, rukem (Malaysia), jawa rukamu (Jepang). Di Filipina, rukam juga dikenal dengan nama rukam.
Di Indonesia, rukam disebut juga rukem, ganda rukem, gerendang (Jawa), klang tatah kutang (Kalimantan). Dalam bahasa Inggris, buah rukam disebut indian prune.
Jika di Indonesia rukam tak banyak lagi dikenal orang, berbeda halnya dengan di Filipina. Rukam tercatat akrab dalam tradisi pengobatan masyarakat Filipina. Kajian literatur Hendro Sunarijono dalam proseanet.org, menyebutkan rebusan akar rukam dimanfaatkan oleh wanita setelah melahirkan. Kayunya yang keras dan kuat digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga seperti alu dan mebel.
Analisis dari bagian yang dapat dimakan di Filipina menunjukkan komposisi per 100 gram rukam mengandung air 77 g, protein 1,7 g, lemak 1,3 g, karbohidrat 15 g, serat 3,7 g, abu 0,8 g, dengan nilai energi 345 kJ / 100 g.
Kayu rukam keras dan kuat, dapat digunakan untuk membuat perabot rumah tangga, seperti alu dan mebel. Di Bali, mengutip dari forestryinformation.wordpress.com, khususnya terdapat anggapan masyarakat bahwa buah rukem dapat dimanfaatkan sebagai penambah stamina khusus pria (afrodisiak). Obat tradisional ini, yang kemungkinan bekerja secara hormonal maupun nonhormonal karena pada umumnya cara kerja obat tradisional belum bisa diungkapkan secara terperinci seperti halnya obat modern.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...