Rumput Gelagah, Cara Murah dan Cepat untuk Bersihkan Air Limbah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Rumput gelagah yang juga disebut phragmites adalah tanaman lahan basah yang dianggap agresif, karena bisa mengalahkan tanaman lain, dan menggeser hewan atau binatang-binatang lain yang biasa hidup di sana. Phragmites bisa tumbuh cepat dan tinggi, antara satu sampai tiga meter, dan sepintas tampak sebagai tanaman bagus yang menghiasi tepi-tepi sungai dan dataran rendah.
Tetapi, kini ada manfaat lain tanaman ini. Sejenis tanaman air yang umumnya disebut rumput gelagah ini, ternyata lebih efisien untuk membersihkan air limbah daripada menggunakan alat-alat mekanis.
Kata para pakar, rumput gelagah itu bisa membersihkan air kotor dengan cepat dan murah.
Brandee Nelson adalah insinyur lingkungan yang bekerja untuk sistem lingkungan Kota Tivoli di Negara Bagian New York. Ia mengenakan sepatu bot dari karet setinggi lutut sambil berjalan di antara rumput gelagah, yang tumbuh di atas sebidang tanah berlumpur cair yang mirip sawah.
“Saya berdiri di sini di dalam lumpur cair sampai setinggi mata kaki. Ini bukan lumpur biasa, tapi sisa-sisa bahan organik dari air limbah kotoran manusia, yang telah mengendap. Konsistensinya seperti es krim cair,” kata Nelson, yang dilansir voaindonesia.com, pada Jumat (27/12).
“Es krim cair” itu tadinya adalah kotoran manusia yang disentor ke dalam WC, dan disalurkan ke tempat penampungan untuk dikeringkan. Hasilnya bisa dipakai untuk pupuk atau tanah penimbun.
Nelson, sedang memantau pertumbuhan rumput gelagah yang baru saja ditanam di sawah organik itu. Menurut Nelson, phragmites, yang biasanya dianggap sebagai tanaman air yang menimbulkan masalah, karena tumbuh dengan cepat dan mendesak tanaman air lain yang dianggap lebih berguna, justru melakukan sesuatu yang jauh lebih bermanfaat.
“Tanaman rumput gelagah ini fungsinya adalah menyerap air yang bercampur dengan kotoran manusia, karena tanaman ini bisa menyerap air dalam jumlah besar. Dalam waktu satu hari saja, lumpur kotoran manusia ini akan kering sama sekali,” katanya.
Kata Wakil Wali Kota Tivoli Tom Cordier, itu berarti penghematan ongkos angkut sebanyak 45.000 dollar (Rp626 juta) untuk membuang kotoran itu ke tempat penimbunan.
Katanya, dengan menggunakan empang-empang pengering, dibutuhkan waktu sampai satu minggu untuk menguapkan airnya, kalau cuaca baik. "Tapi sering kali, ketika kami sedang bersiap-siap menggunakan buldozer untuk mengambil sedimen yang sudah kering itu, turun hujan lebat sehingga lumpur kering itu kembali menjadi es krim cair," kata Cordier sambil tersenyum.
Pada musim dingin, empang-empang pengering itu beku, dan harus digali dengan menggunakan mesin-mesin sekop yang besar.
Kota Tivoli tadinya harus membuang sedimen kering itu tiap bulan, tapi kalau tanaman gelagah itu sudah tumbuh dengan lebat, kemungkinan untuk sepuluh tahun mendatang, tidak perlu lagi dikeruk, karena tanaman phregmatis itu secara alamiah akan memproses air kotor tadi dan menciptakan pupuk yang berguna.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...