Rupiah dan IHSG Senin Sore Melemah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (27/1) sore bergerak melemah sebesar 36 poin menjadi Rp 12.217 dibanding sebelumnya Rp 12.181 per dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin juga ditutup melemah. IHSG turun sebesar 2,65 persen akibat ambil untung investor menyusul perlambatan ekonomi China.
"Menjelang keputusan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang rencananya dirilis pada Kamis mendatang terkait kelanjutan kebijakan pemangkasan stimulus (tapering) mendorong mata uang negara berkembang cenderung terkoreksi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa sebagian anggota FOMC menginginkan "tapering" dilanjutkan seiring dengan indikasi pemulihan kondisi ekonomi AS. Bulan Desember tahun lalu telah diputuskan pemangkasan stimulus sebesar 10 miliar dolar AS.
"Bila pemangkasan kembali dilakukan, kemungkinan aset mata uang berisiko bisa kembali tertekan, dolar AS dianggap sebagai salah satu aset aman," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, tekanan mata uang domestik juga dipicu dari pelambatan aktivitas manufaktur China. Seperti diketahui, China merupakan mitra dagang utama.
Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova menambahkan, pergerakan rupiah masih berada dalam area negatif, saat ini fluktuasi nilai tukar domestik lebih dipengaruhi oleh sentimen negatif ketimbang kondisi fundamental domestik.
"Fundamental ekonomi domestik masih positif, optimisme cadangan devisa Indonesia diproyeksikan masih meningkat," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin (27/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 12.198 dibanding sebelumnya (24/12) di posisi Rp 12.177 per dolar AS.
IHSG Senin Ditutup Melemah Sebesar 2,65 Persen
IHSG BEI ditutup turun sebesar 114,56 poin atau 2,65 persen ke posisi 4.322,78. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 24,64 poin (3,41 persen) ke level 722,39.
"IHSG ditutup tertekan menyusul aksi ambil untung pada saham sektor perbankan, konsumer, dan otomotif. Meningkatnya tekanan jual itu tidak terlepas dari tekanan yang terjadi di bursa Asia, terutama terkait dengan kekhawatiran berlanjutnya perlambatan ekonomi di China," kata analis Kresna Securities, Etta Rusdiana Putra di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan, spekulasi pasar the Fed akan kembali melakukan pengurangan stimulus kembali sebesar 10 miliar dolar AS, mendorong tekanan di pasar Asia, padahal keputusan resmi baru akan diumumkan pada hari Kamis (30/01) mendatang.
Dari domestik, lanjut Etta Rusdiana Putra, tekanan di pasar saham domestik dipengaruhi juga oleh kekhawatiran laju inflasi yang akan meningkat seiring dengan banjir yang menghambat distribusi barang.
"Kami memperkirakan inflasi Januari berada di kisaran 0,8 persen meningkat dibanding bulan sebelumnya 0,6 pada Desember 2013. Sentimen negatif ini," kata dia.
Ia memperkirakan bahwa sentimen yang beredar saat ini masih cenderung memicu tekanan pada saham-saham domestik, IHSG akan bergerak di kisaran 4.270-4.360 pada hari Selasa (28/1).
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 249.511 kali dengan volume mencapai 4,61 miliar lembar saham senilai Rp 4,80 triliun.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 473,96 poin (2,11 persen) ke level 21.976,10, indeks Nikkei turun 385,83 poin (2,51 persen) ke level 15.005,73 dan Straits Times melemah 36,20 poin (1,18 persen) ke posisi 3.039,79. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...