Rupiah Jumat Sore Melemah Jadi Rp 12.179
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan di pasar uang antarbank Jakarta pada Jumat (24/1) sore bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi Rp 12.179, dibanding sebelumnya Rp 12.163 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28-29 Januari mendatang pergerakan rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS.
"Dari sisi fundamental, rupiah dibayangi oleh kekhawatiran berlanjutnya kebijakan pengurangan stimulus keuangan (tapering) the Fed," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, kekhawatiran investor akan potensi gagal bayar (default) Argentina dicemaskan dapat berdampak pada ekonomi global dan turut memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan.
"Secara teknikal, sentimen di pasar uang domestik juga masih melemah menyusul masih tingginya defisit neraca transaksi berjalan," katanya.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, menambahkan laju rupiah kembali melemah seiring dengan koreksi sejumlah mata uang regional merespon terganggunya aktivitas manufaktur di China.
"Kondisi itu memberikan gambaran kian melambatnya kegiatan industri di China yang bisa berdampak kepada Indonesia sebagai salah satu mitra," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini (24/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 12.177 dibanding sebelumnya (21/12) di posisi Rp 12.173 per dolar AS.
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup melemah sebesar 58,70 poin setelah data ekonomi China dan Amerika Serikat yang cenderung dibawah ekspektasi.
IHSG BEI ditutup turun sebesar 58,70 poin atau 1,32 persen ke posisi 4.437,34. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 13,59 poin (1,82 persen) ke level 747,04.
"IHSG ditutup melemah pada akhir pekan ini setelah data manufaktur China yang mengalami kontraksi dan beberapa data ekonomi AS bervariasi," kata analis Panin Sekuritas Purwoko di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan bahwa data klaim tunjangan pengangguran AS pekan lalu naik, sedangkan penjualan rumah sekunder Desember lebih rendah dari konsensus.
Dari dalam negeri, lanjut dia, "yield" surat utang negara (SUN) mulai naik, SUN dengan tenor 10 tahun sudah di atas 8,5 persen dan lima tahun di atas delapan persen.
"Hal itu dikarenakan ekspektasi inflasi Januari tinggi menyusul distribusi bahan pangan yang diperkirakan terganggu," kata dia.
Analis HD Capital Yuganur Wijanarko menambahkan, pelemahan bursa saham regional dan rupiah memicu aksi jual saham-saham di BEI sehingga IHSG terkoreksi.
"Secara teknikal, kenaikan IHSG sulit berlanjut di atas level 4.554 poin, bila penurunan masih terjadi, rekomen untuk melakukan transaksi jangka pendek dan menunggu penguatan kembali," katanya.
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 190.853 kali dengan volume mencapai 2,88 miliar lembar saham senilai Rp4,60 triliun.
Bursa regional diantaranya indeks Hang Seng melemah 283,84 poin (1,25 persen) ke level 22.450,06, indeks Nikkei turun 304,33 poin (1,94 persen) ke level 15.392,56 dan Straits Times melemah 24,25 poin (0,78 persen) ke posisi 3.075,99. (Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...