Rupiah Kamis Pagi Melemah Menjadi Rp 12.170
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (30/1) pagi bergerak melemah sebesar 17 poin menjadi Rp 12.170 dibanding sebelumnya Rp 12.153 per dolar AS.
"Dolar AS kembali terapresiasi terhadap rupiah setelah the Fed memutuskan untuk kembali memangkas program stimulus menjadi 65 miliar dolar AS per bulan," kata Kepala Riset Monex investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, langkah tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah pada rapat bulan Desember 2013 lalu the Fed juga memangkas stimulus keuangannya sebesar 10 miliar dolar AS.
Sentimen lainnya, lanjut dia, China yang merupakan mitra dagang Indonesia mencatatkan data manufaktur yang melemah, kondisi itu menambah sentimen negatif sehingga memberikan tekanan pada mata uang domestik.
Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengharapkan rilis data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang sedianya akan dirilis pada pekan depan dapat menjadi sentimen positif bagi mata uang rupiah.
"Jika data domestik positif maka dapat menahan sentimen `tapering` the Fed itu," ujar dia.
Ia memperkirakan bahwa masih adanya harapan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih kondusif dapat menahan depresiasi mata uang domestik terhadap dolar AS lebih dalam.
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis dibuka melemah sebesar 65,18 poin merespon keputusan bank sentral AS (the Fed) melakukan pengurangan stimulus keuangannya.
IHSG BEI dibuka turun sebesar 65,18 poin atau 1,50 persen ke posisi 4.351,25. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 15,06 poin (2,03 persen) ke level 727,39.
"Bursa Asia pagi ini, termasuk indeks BEI dibuka terkoreksi cukup signifikan memfaktorkan sentimen dari pengurangan stimulus keuangan AS," kata analis Samuel Sekuritas, Adrianus Bias di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa the Fed kembali mengurangi stimulusnya sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 65 miliar dolar AS tanpa menghiraukan kondisi nilai tukar beberapa negara berkembang yang sedang dalam tren terdepresiasi.
"The Fed juga memberi petunjuk bahwa `tapering` masih akan dilakukan pada bulan-bulan mendatang seiring membaiknya data ekonomi AS," kata dia.
Ia mengemukakan bahwa beberapa saham di dalam negeri yang menguat signifikan dalam dua hari terakhir seperti Bank Mandiri (BMRI), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Indocement (INTP) dan Kalbe Farma (KLBF) berpotensi mengalami ambil untung.
Head of Research Valbury Asia Securities, Alfiansyah menambahkan, pasca-bank sentral AS memilih untuk melanjutkan pemangkasan pembelian obligasi menjadi 65 miliar per bulan itu mensinyalkan bahwa the Fed akan terus bertahan di jalur kebijakan saat ini, terkecuali terjadi krisis dalam skala yang lebih besar.
"Pelemahan juga terjadi terhadap bursa AS, indeks bursa domestik pada perdagangan hari ini rawan terkoreksi. Sentimen AS itu bisa mengeliminir sentimen positif dari China pascaberkurangnya risiko sistem perbankan negara itu," kata dia.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 353,15 poin (1,59 persen) ke level 21.788,46, indeks Nikkei turun 488,32 poin (3,17 persen) ke level 14.895,59 dan Straits Times melemah 33,21 poin (1,09 persen) ke posisi 3.014,72. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...