Rupiah Makin Melemah ke Posisi Rp 11.884
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mata uang rupiah terhadap dolar AS kembali terdepresiasi ke posisi Rp 11.884 per dolar AS pada Rabu (27/11) sore didorong oleh pelaku pasar yang masih khawatir terhadap defisit neraca berjalan Indonesia.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 119 poin menjadi Rp11.884 dibanding posisi sebelumnya (26/11) Rp 11.765 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali tertekan menembus level Rp 11.800 per dolar AS seiring dengan pelaku pasar yang masih cemas terhadap defisit neraca berjalan.
"Sentimen untuk rupiah belum membaik, masih cukup besar kekhawatiran pada neraca berjalan. Impor mungkin melambat dan diharapkan ekspor dapat naik sehingga dapat mengembalikan kepercayaan pasar," kata dia.
Ia menambahkan bahwa dolar AS terus mengalami reli terhadap rupiah karena diperkirakan Federal Reserve AS akan mengurangi stimulus.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, nilai tukar rupiah sedang menuju ekuilibrium baru atau ke posisi normal sebelum bank sentral AS (The Fed) mengeluarkan kebijakan stimulus keuangannya yang pada 2009 lalu yang sering disebut "quantitative easing" (QE).
Ia mengemukakan bahwa pada 2009, perekonomian Indonesia berjalan tanpa program stimulus dari AS lalu kemudian dalam hampir empat tahun terakhir ini negara berkembang menikmati stimulus The Fed itu sehingga terjadi aliran modal asing dan menguatkan nilai tukar rupiah.
"Dunia yang normal itu tidak ada `quantitative easing`, suka atau tidak suka kebijakan AS itu akan ditrik," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 11.813 dibanding sebelumnya (26/11) di posisi Rp 11.765 per dolar AS.
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu menguat sebesar 16,23 poin meski dibayangi kekhawatiran kinerja ekonomi Indonesia.
IHSG BEI ditutup naik sebesar 16,23 poin atau 0,38 persen ke posisi 4.251,49. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 4,28 poin (0,61 persen) ke level 704,50.
Analis HD Capital, Yuganur Wijanarko di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa indeks BEI mengalami penguatan namun masih terbatas menyusul pelaku pasar yang masih khawatir terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
"Investor masih takut untuk masuk pasar karena masih khawatir terhadap perkembangan makro ekonomi Indonesia untuk akhir tahun maupun pada 2014 mendatang dan kinerja neraca transaksi berjalan," kata dia.
Analis Sinarmas Sekuritas, Tessa Mulia menambahkan bahwa pada perdagangan Kamis (28/11), secara teknikal indeks diperkirakan dapat kembali bergerak menguat di kisaran 4.222--4.275 poin.
Namun, lanjut dia, pelaku pasar juga masih mencermati data klaim pengangguran AS nanti malam, hasil data AS itu akan memberikan sentimen terhadap pergerakan indeks BEI.
Ia merekomendasikan beberapa saham yang dapat diperhatikan diantara, Elnusa (ELSA), Malindo Feedmill (MAIN), Surya Citra Media (SCMA), Media Nusantara Citra (MNCN).
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 127.242 kali dengan volume mencapai 5,16 miliar lembar saham senilai Rp 4,92 triliun.
Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng menguat 125,07 poin (0,53 persen) ke level 23.806,35, indeks Nikkei-225 turun 65,61 poin (0,42 persen) ke level 15.449,63, dan Straits Times melemah 1,45 poin (0,05 persen) ke posisi 3.172,06. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...