Rupiah Melemah, Omset Batik Pekalongan Merosot
PEKALONGAN, SATUHARAPAN.COM – Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat omset perajin batik di Kabupaten Pekalongan turun karena biaya produksi tinggi.
"Biaya produksi batik yang kian tinggi akibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak negatif terhadap perajin batik karena mereka masih mendatang bahan baku dari luar negeri," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Pekalongan, Failasuf, di Pekalongan, Kamis (12/3).
Ia mengatakan sudah dua bulan terakhir ini nilai rupiah terus melemah hingga pada titik sekitar Rp 13.000 per dolar AS yang berakibat para produsen batik resah karena biaya produksi secara otomatis naik menyusul menurunnya rupiah terhadap mata uang dollar AS.
"Sudah dua bulan dollar AS terus naik, yang jelas, dampaknya pada biaya produksi batik," kata Failasuf.
Menurut dia, sejumlah bahan baku batik impor yang dibeli para produsen batik, antara sutera, katun hingga obat pewarna.
"Bahan baku tersebut masih diimpor dari luar negeri yang transaksinya menggunakan dollar sehingga biaya produksi naik dan sepatutnya harga jual juga ikut naik. Akan tetapi, daya beli masyarakat masih utuh sehingga berimbas omzet penjualan batik turun," kata dia.
Ia menambahkan keterpurukan perajin batik juga dihadapkan pada kondisi turun hujan yang masih sering mengguyur wilayah Pekalongan sehingga aktivitas pewarnaan batik akan terganggu.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Pekalongan, Agus Dwi Nugroho mengatakan dalam sebulan terakhir ini ada tren kenaikan bahan baku batik pascamerosotnya nilai rupiah terhadap dollar AS. (Ant).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...