Rupiah Rabu Sore Melemah Menjadi Rp 11.862
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore melemah sebesar 52 poin menjadi Rp 11.862 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.810 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul keinginan salah satu pejabat the Fed bahwa kebijakan pelonggaran stimulus keuangan AS berakhir pada Oktober.
"Kondisi itu menambah sentimen bagi penguatan mata uang dolar AS di pasar uang domestik di tengah hasil pengumuman data ekonomi nasional yang di bawah eksepktasi," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan dolar AS juga seiring dengan investor yang tengah mengantisipasi kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Eropa (ECB).
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah dapat memberikan harapan terhadap membaiknya outlook ekspor minyak sawit mentah (CPO) mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar di dunia.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan bahwa meningkatnya pembayaran dividen oleh emiten di dalam negeri memicu permintaan mata uang dolar AS di dalam negeri meningkat sehingga turut memberikan respon negatif bagi rupiah.
"Kepemilikan saham oleh investor asing cukup banyak, kemungkinan hasil dividen itu dialihkan ke dolar AS sehingga menekan mata uang domestik," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (4/6), tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp 11.810 dibandigkan posisi sebelumnya Rp 11.806 per dolar AS.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu ditutup melemah sebesar 9,59 poin dipicu tekanan pada mata uang rupiah.
IHSG
IHSG BEI ditutup melemah sebesar 9,59 poin atau 0,19 persen ke posisi 4.932,56. Sementara itu, indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 3,21 poin (0,38 persen) ke level 832,09.
"IHSG BEI kembali ditutup melemah didorong oleh gejolak nilai tukar rupiah. Penyebab pelemahan rupiah karena neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan defisit," kata Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, memanasnya tensi politik menjelang pemilu presiden juga menimbulkan ketidakpastian di pasar saham domestik.
Dari eksternal, Purwoko Sartono mengatakan bahwa investor global masih menanti langkah stimulus bank sentral Eropa (ECB).
"Data inflasi di kawasan Eropa sebesar 0,5 persen, lebih rendah dari perkiraan sehingga menambah tekanan bagi ECB untuk mengeluarkan kebijakan secepatnya untuk mendorong harga sekaligus pertumbuhan," katanya.
Untuk perdagangan besok (Kamis, 5/6), Purwoko Sartono memperkirakan bahwa indeks BEI bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah terbatas di kisaran 4.910-4.957 poin.
Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 200.276 kali dengan volume mencapai 2,73 miliar lembar saham senilai Rp 3,78 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 135 saham, yang melemah 157 saham, dan yang tidak bergerak 104 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng melemah 139,33 poin (0,60 persen) ke level 23.151,71, indeks Nikkei naik 33,71 poin (0,22 persen) ke level 15.067,96 dan Straits Times melemah 16,50 poin (0,50 persen) ke posisi 3.280,17. (Ant)
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...