Rusia Ancam Veto Resolusi untuk Suriah
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Dewan Keamanan PBB hari Senin (19/12) ini akan mengambil keputusan tentang resolusi baru mengenai pengiriman pengamat ke Aleppo, Suriah, setelah Prancis setuju mempertimbangkan usulan Rusia, kata diplomat dikutip AFP. Namun Rusia juga mengancam akan memveto resolusi itu, setelah enam kali memveto resolusi Suriah.
"Kami berharap untuk memilih dengan suara bulat untuk resoluai ini besok (Senin-Red.) pada pukul 09:00 (waktu setempat),’’ kata Duta Besar AmerikamSerikat untuk PBB, Samantha Power.
Rusia, pada hari Minggu, memperingatkan akan menggunakan hak veto untuk memblokir resolusi yang disusun Prancis tentang pengiriman pengamat PBB ke Aleppo.
Serangan pasukan pemerintah Suriah ke Aleppo melawann kelompok pemberontak telah menimbulkan krisis, terutama adanya jutaan warga yang terjebak di tengah pertempuran.
Moskow juga mengajuikan rancangan resolusi tandingan dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan yang meminta agar PBB membuat "peraturan" untuk memantau situasi, menurut rancangan yang dilaporkan AFP.
Proposal Rusia tidak menyebutkan secara spesifik tentang mengirim pengamat ke Aleppo, di mana evakuasi warga sipil dari wilayah Aleppo yang dikuasai pemberontak dilanjutkan pada hari Minggu.
Dilaporkan bahwa sejumlah pria bersenjata menyerang bus yang digunakan untuk mengevakuasi warga dari dua desa yang pro pemerintah Suriah pada hari Minggu. Namun sebuah sumber militer mengatakan bahwa insiden tersebut seharusnya tidak mengganggu evakuasi.
Apa yang mereka usulkan tidak bisa dijalankan dan berbahaya, kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin. Rusia adalah sekutu utama Suriah dalam perang saudara hampir selama enam tahun. Negara ini enam kali memveto resolusi untuk Suriah sejak konflik dimulai pada Maret 2011.
Draft resolusi dari Prancis yang beredar menyebutkan bahwa DK "khawatir" pada krisis kemanusiaan yang memburuk di Aleppo dan oleh kenyataan bahwa "puluhan ribu penduduk Aleppo terkepung" dan membutuhkan bantuan serta evakuasi.
Pekan ini pasukan Suriah menguasai penuh atas wilayah timur kota Aleppo yang dikuasai pasukan oposisi sejak 2012.
Evakuasi yang dihentikan pada hari Jumat (16/12) dan diharapkan dilanjutkan pada Minggu bawah kesepakatan baru yang akan memungkinkan warga sipil dan pejuang yang terkepung untuk meninggalkan Aleppo.
Ratusan warga sipil, termasuk puluhan anak-anak, telah tewas di Aleppo timur selama pertempuran terakhir. Dan secara nasional, lebih dari 310.000 orang tewas sejak perang saudara Suriah dimulai.
Draft resolusi dari Rusia dan Prancis menyebutkan perlunya akses pengiriman bantuan kemanusiaan ke Aleppo, yang dikepung sejak Juli.
Prancis dan AS mengatakan mereka bersiap untuk menyerukan sesi khusus darurat di Majelis Umum PBB, jika Rusia kembali memveto resolusi untuk Suriah. Sesi yang jarang terjadi itu untuk menyatakan kecaman global atas tindakan Rusia di Suriah. Namun resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum tidak mengikat bagi anggota.
Editor : Sabar Subekti
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...