Rusia Dukung Aliansi Anti Terorisme di Suriah
MOSCOW, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Rusia secara resmi mendukung pembicaraan damai antara pemerintah Suriah dan oposisi moderat, dan mendukung aliansi anti terorisme, sebagaimana dikatakan Menteri Luar Negeri, Rusia Sergei Lavrov.
Kelompok-kelompok Islam Suriah seperti Jabhat Al-Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) "tidak memiliki tempat dalam negosiasi," kata Lavrov di televisi Rusia NTV.
"Tujuan kami adalah untuk memfasilitasi beberapa kesepakatan politik antara pemerintah (Suriah) dan oposisi (yang) waras, sekuler, patriotik dan sejajar dengan rekonsiliasi politik untuk membantu mereka bersatu untuk melawan para teroris ini," kata Lavrov dalam wawancara yang disiarkan hari Minggu (26/1).
Terjebak Ketegangan
Oposisi Suriah dan delegasi pemerintah Presiden Bashar Al-Assad saat ini terjebak dalam ketegangan tinggi pada pembicaraan damai di Konferensi Geneva II di Swiss. Pemerintah Al-Assad menyerukan aliansi anti Islamis tak lama setelah kelompok oposisi moderat bentrok dengan radikal Muslim di negeri itu awal bulan ini, dan menyebabkan ratusan orang meninggal.
Sebagian besar kelompok-kelompok Islam radikal di Suriah telah menyatakan menolak Konferensi Jenewa II dan mengancam terus melancarkan serangan. Konferensi ini merupakan yang pertama sejak pecahnya perang sipil di Suriah pada Maret 2011.
Pembicaraan kedua pihak pada hari Sabtu (25/1) masih terbatas pada pemberian akses bantuan kemanusiaan, dan hal itu masih untuk wilayah kota Homs di selatan Damaskus. Pihak penengah, Lakhdar Brahimi menyebut ada kemajuan pembicaraan, tetapi masuh sedikit.
Tentang pemerintahan transisi, sumber berita dari RIA Novosti menyebutkan tidak ada dalam agenda sampai hari Senin mendatang. Menurut media ini pembicaraan masih tegang dan ekstrim, di mana pada delegasi, meskipun duduk di meja yang sama, hanya berkomunikasi melalui Brahimi. Sementara wartawan Suriah dengan afiliasi politik yang berbeda saling menyerang secara verbal dan fisik di belakang layar.
Bantuan Kemanusiaan
Sementara itu, di Jenewa, Menteri Informasi Suriah, Omran Al-Zoubi, hari Minggu (26/1) mengatakan bahwa masalah kemanusiaan harus ditangani secara keseluruhan dan tidak boleh sebagian.
Al-Zoubi mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa pemerintah Suriah ingin memberikan bantuan kepada semua (rakyat Suriah yang membutuhkan), lepas dari sikap politik mereka. Menteri menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan adalah hal kedua dari prioritas, setelah masalah keamanan.
Dia menyebutkan, "Ada ribuan orang diculik oleh kelompok teroris bersenjata selama lebih dari dua tahun dan delegasi koalisi harus menyerahkan daftar nama-nama mereka, dan bertanggung jawab atas pembebasan mereka," kata Al-Zoubi, sebagaimana dikutip kantor berita nasional Suriah, SANA.
Dia menyebutkan ada dasar yang diniliki negara untuk menghadapi terorisme, tidaklah logis memberikan kesempatan kepada mereka yang menyesatkan untuk kembali ke tanah air. “Sementara organisasi teroris terkait dengan aparat intelijen di luar, berbicara tentang hubungan mereka dengan koalisi. Mereka adalah yang kita hadapi,” kata dia.
"AS (Amerika Serikat) terlibat melalui badan-badan intelijen dalam banyak hal yang terjadi di Suriah yang didukung oleh Turki dan Qatar," kata Menteri itu.
Masalah Terorisme
Sementara itu, penasihat Presiden Al-Assad bidang Politik dan Media, Dr. Bouthina Shaaban, menekankan bahwa delegasi resmi Suriah ke konferensi Jenewa II akan membahas semua isu-isu tentang rakyat Suriah.
Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan di Jenewa pada hari Minggu (26/1), Shaaban menegaskan bahwa delegasi Suriah akan mengarahkan (diskusi) terhadap prioritas yang menghentikan penderitaan, mengakhiri terorisme dan menyingkirkan tentara bayaran yang datang dari seluruh dunia ke Suriah.
Dia menegaskan perlunya mengembalikan keamanan dan keselamatan kepada seluruh Suriah dan mendiskusikan keamanan dan isu-isu kemanusiaan, dan kemudian untuk membahas isu politik. Dia bertanya bagaimana bisa membawa bantuan ke daerah di mana teroris mendatangkan malapetaka dan membunuh dan menggusur orang. (ria.ru/SANA)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...