Mesir Segera Selenggarakan Pemilihan Presiden
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Mesir akan menyelenggarakan pemilihan presiden pada tahap awal setelah referendum konstitusi baru, dan kemudian menyelenggarakan pemilihan parlemen. Hal itu diumumkan Presiden sementara Mesir, Adly Mansour, tentang peta jalan transisi Mesir setelah referendum.
"Saya telah melakukan beberapa dialog dengan kelompok-kelompok politik, dan mayoritas mendukung mengadakan pemilihan presiden lebih dulu," kata Mansour dalam pidato televisi pada hari Minggu (26/1). Dia menambahkan bahwa pihaknya akan meminta Panitia Pemilihan Agung (SEC) untuk membuka pencalonan sesuai dengan Pasal 230 dari piagam nasional yang baru disetujui.
Mansour menambahkan bahwa dia akan mengawasi amandemen yang diperlukan untuk hak-hak politik dan hukum dalam pemilihan presiden.
Peta jalan transisi pasca pemerintahan Mohammed Morsi menyatakan bahwa setelah konstitusi baru disetujui, akan diikuti oleh pemilihan presiden, kemudian pemilihan parlemen. Namun, menurut piagam nasional yang baru, tergantung pada Mansour untuk menentukan pemilihan mana yang pertama dilakukan.
Pembebasan Tahanan
Mansour mengatakan bahwa dia juga telah mendesak jaksa agung untuk melihat status mereka yang ditahan atau sedang diselidiki, khususnya para mahasiswa. Setelah penyelidikan selesai, mereka yang terbukti tidak bersalah akan dibebaskan, kata Mansour.
Selama pertemuan dengan Mansour pada hari Rabu lalu, aktivis pemuda mengeluh tentang kelompok revolusioner yang difitnah dan menghadapi perlakukan sewenang-wenang.
Mansour membantah kekerasan polisi dilakukan secara sistematis. Dia juga meminta daftar orang-orang yang diduga ditangkap secara acak tanpa tuduhan yang jelas.
Protes di kampus beberapa universitas di Mesir telah berlangsung sejak awal tahun ajaran pada bulan September, dan meningkat sejak awal periode ujian pada bulan Desember. Mahasiswa menentang pemerintah sementara dan mendukung presiden terguling Mohammed Morsi dengan melancarkan demonstrasi dan menyerukan untuk memboikot ujian.
Bentrokan menyebabkan banyak korban meninggal. Ratusan mahasiswa ditangkap di dalam dan di luar kampus, mereka di antara ribuan orang yang ditangkap terkait penangkapan secara luas terhadap Ikhwanul Muslimin dan simpatisannya.
Tentang Terorisme
Pidato Mansour itu disampaikan setelah serangkaian serangan teroris menjelang peringatan tiga tahun revolusi Mesir atau revolusi 25 Januari, pada hari Sabtu (25/1) .
Pada hari Jumat (24/1), empat ledakan terjadi dengan target markas polisi dan pos-pos pemeriksaan di sekitar Kairo, membunuh enam dan melukai sedikitnya 80 orang. "Kami bertekad, rakyat dan negara, untuk membasmi terorisme," kata dia, dan menambahkan bahwa langkah-langkah yang luar biasa akan diambil jika diperlukan.
Mesir menghadapi terorisme pada tahun 1990-an dan “kami akan melakukannya lagi,” dia bersumpah. Mansour mengatakan dia telah meminta ruang lebih di peradilan untuk penyelidikan kejahatan terorisme.
"Kami tidak akan menaruh belas kasihan atau bersimpati (pada pelaku). Mereka telah mengabaikan negara, menyimpang dari agama yang benar dan prinsip-prinsip ilahi atau manusia," kata dia menegaskan.
Anggota beberapa kelompok Islam yang dihukum karena kejahatan terorisme selama tahun 1980 dan 1990-an, termasuk Al-Jamaah Al-Islamiyah, dan saat ini dilakukan terhadap anggota senior Ikhwanul Muslimin, kelompok pro Morsi yang tergabung dalam Aliansi Nasional untuk Mendukung Legitimasi. Pada tahun 1990-an pasukan keamanan bertindak keras pada kelompok-kelompok Islam. (ahram.org.eg)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...