Rusia Ekspor Babi ke Indonesia Ternyata Bukan Lelucon
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gagasan Menteri Pertanian Rusia untuk mengekspor daging babi ke Indonesia sempat jadi bahan lelucon. Sebuah video sidang kabinet Rusia menjadi viral menggambarkan Presiden Rusia tertawa mendengar gagasan yang dianggap absurd itu, karena Indonesia berpenduduk mayoritas Muslim.
Namun ternyata tekad Rusia mengekspor daging babi ke Indonesia serius. Negara ini telah mengambil langkah konkret konkret untuk meraih pangsa pasar Indonesia yang berpenduduk lebih dari 260 juta orang, 12,8 persen diantaranya adalah non-Muslim.
"Delegasi dari Dinas Federal untuk Pengawasan Veteriner dan Fitosanitasi (Rosselkhoznadzor) berpartisipasi dalam acara Indo Livestock di Surabaya, Jawa Timur, April lalu untuk mengenalkan lebih banyak produk daging kami, termasuk daging babi," kata Maria Matsuri, seorang ahli senior pada Kantor Perwakilan Dagang Rusia di Indonesia, kepada The Jakarta Post di sela-sela acara ekspo makanan SIAL Interfood di Jakarta International Expo, Rabu (22/11).
"Pihak kami mengajukan dokumen pada bulan Agustus untuk mendapatkan persetujuan impor (untuk daging dan babi) dari Departemen Pertanian Indonesia namun tidak ada hasilnya sampai sekarang," tambahnya.
Keinginan Rusia untuk mengekspor daging babi telah muncul di tengah harapan ledakan produksi daging babi. National Union for Pork Producers memproyeksikan produksi Rusia melonjak 20 persen setiap tahun menjadi 4,2 juta ton pada akhir tahun, produksi tertinggi dalam 25 tahun terakhir di tengah meningkatnya investasi baru.
Selain Rusia, negara-negara penghasil babi lainnya, seperti Jerman, Slowakia dan Belgia, juga mencari peluang untuk mengekspor daging babi ke Indonesia, kata Thomas Darmawan, ketua divisi makanan dan minuman di Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
"Produksi daging babi yang stagnan di Tanah Air adalah karena minimnya dukungan dari pemerintah dalam 15 tahun terakhir. Hal ini telah membuat Indonesia menjadi pasar potensial bagi negara-negara Eropa untuk menjual daging babi mereka di sini," katanya.
Pernyataan Thomas ini sejalan dengan fakta bahwa impor daging babi telah meningkat dalam lima tahun terakhir. Tahun lalu saja, volumenya naik dua kali lipat menjadi 1.221 ton dengan sumber terbatas dari Amerika Serikat dan Belanda.
Sementara data permintaan daging babi nasional tidak tersedia, Kadin memperkirakan ada lebih dari 600 babi yang disembelih setiap hari untuk memenuhi permintaan di Jabodetabek saja, yang berpenduduk lebih dari 20 juta orang.
"Indonesia terbuka untuk perdagangan daging babi, kita adalah negara terbuka, namun orang-orang Rusia terlambat menyerahkan dokumen tersebut pada bulan Agustus. Jika kami memberikan mereka izin, mereka harus membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dua kali tahun ini dan tahun depan, "kata Syamsul Maarif, direktur kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat Kementerian Pertanian, kepada The Jakarta Post.
"Jadi lebih baik mereka mendaftar bulan Januari nanti. Selain itu, kami juga berencana membuat proses secara online sehingga bisa melakukannya lebih cepat," tambahnya.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...