Rusia Makamkan Korban Pesawat Jatuh di Mesir
SITNYA, SATUHARAPAN.COM – Suasana kesedihan mengantarkan kepergian Nina Luschenko, salah seorang korban jatuhnya pesawat Rusia di Mesir. Anak perempuannya menangis dan memanggi-manggill nama ibunya saat Luschenko dimakamkan di sebuah desa kecil Sitnya, di barat laut Rusia, pada hari Kamis (5/11), yang turut dihadiri oleh beberapa teman dan kerabat.
Perempuan berusia 60 tahun itu adalah salah satu dari 224 orang yang tewas dari tragedi penerbangan Rusia paling mematikan. Dia berasal dari Kota Veliky Novgorod dan merupakan korban pertama yang dimakamkan dengan menggunakan upacara pemakaman khas Rusia, di mana ratusan pelayat meletakkan bunga dan menyalakan lilin untuk mengenang orang yang sudah meninggal.
Sebagian besar dari mereka yang tewas ketika pesawat Airbus A-321 tiba di Mesir pada akhir pekan lalu berasal dari Saint Petersburg dan beberapa wilayah di sekitarnya.
London dan Washington telah mengatakan pesawat yang telah lepas landas dari bandara Sharm el-Sheikh menuju Saint Petersbug itu mungkin jatuh karena bom.
Tak lama setelah kecelakaan itu terjadi, kelompok jihadis ISIS mengklaim bahwa itu adalah perbuatan mereka sebagai aksi balas dendam atas kampanye pengeboman dari Moskow atas Suriah.
Namun, Rusia dan Mesir membantahnya.
Teman dan kerabat Luschenko tidak ingin berkomentar. Mereka menegaskan bahwa mereka sedang berduka.
“Sejauh ini tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa ini terjadi,” kata suami Luschenko, Vladimir, kepada AFP di pemakaman.
“Kotak hitam juga belum selesai diteliti, apa gunanya bicara sekarang?”
Para pelayat juga enggan berkomentar terkait kebijakan Pemerintah Rusia yang gencar melakukan serangan di Suriah di mana kebijakan itu membuat Rusia rentan terkena serangan dari ekstremis.
“Apa yang akan dilakukan oleh Putin dengan kejadian ini?” kata Semyon Gerasimenko, salah seorang pelayat.
“Apakah kita harus bernegosiasi dengan para teroris agar mereka jangan meledakkan bom dan meminta mereka menepati janji?”
“Saya tidak tahu siapa yang bersalah? Mereka mengatakan itu bom.”
Namun, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin membantah spekulasi bahwa bom itu merupakan penyebab pesawat jatuh. Begitu pula dengan Mesir.
Pada tanggal 30 September, Rusia meluncurkan kampanye pengeboman di Suriah dengan mengklaim serangan itu bertujuan untuk mengusir jihadis ISIS tapi Barat menuduh Moskow menjadi lebih fokus mendukung rezim Bashar al-Assad dan pemberontak yang menyerang para moderat.
AS dan sekutunya telah mengatakan serangan Moskow di Suriah adalah kesalahan. Para analis telah memperingatkan sebelumnya mereka bisa menyebabkan serangan balik dalam bentuk serangan apa pun dari ekstremis Islam terhadap Rusia.
Ahli militer independen Pavel Felgenhauer menyarankan bahwa Moskow akan terus menyangkal setiap kemungkinan serangan ada hubungannya dengan Islam.
"Tapi mereka tidak akan dapat tinggal diam seperti di masa Uni Soviet meskipun hal ini sangat tidak menyenangkan bagi Kremlin,” kata Felgenhauer.
Editor : Sotyati
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...