Rusia: Referendum Inggris Digelar untuk Memeras Eropa
SAINT PETERSBURG, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Inggris David Cameron menggelar referendum terkait keanggotaan di Uni Eropa (UE) untuk “memeras” dan “menakut-nakuti” Eropa, kata Presiden Rusia Vladimir Putin, pada hari Jumat (17/6).
“Untuk apa dia menggelar referendum ini Untuk memeras Eropa Atau untuk menakut-nakutinya Apa tujuannya jika dia sendiri menentang” Inggris keluar dari Uni Eropa, kata Putin dalam pertemuan dengan perwakilan dari berbagai kantor berita, termasuk AFP.
“Ini bukan urusan kami, ini urusan rakyat Inggris. Saya memiliki pandangan berbeda mengenai masalah itu tapi saya tidak akan mengungkapkannya,” imbuh Putin, menambahkan hasil referendum sulit diprediksi.
“Siapa yang bisa memprediksi itu. Tidak ada. Menurut saya tidak pantas rasanya jika saya yang memprediksinya,” kata Putin.
Warga Inggris akan memberikan suara pada 23 Juni untuk memilih apakah Inggris harus keluar dari UE atau tetap bertahan. Kampanye masih ditangguhkan pada Sabtu, dua hari setelah pembunuhan anggota parlemen pro-UE Jo Cox.
Surat Kabar Times Dukung Inggris Tetap di UE
Sementara itu, surat kabar Times pada hari Sabtu (18/6) angkat suara untuk mendukung Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa (UE).
“Mengapa bertahan di UE pilihan terbaik” katanya di halaman pertama, lima hari menjelang referendum terkait keanggotaan Inggris di blok itu.
“Hasil terbaik dari referendum pekan depan yaitu aliansi baru negara-negara berdaulat UE yang didedikasikan untuk perdagangan bebas dan reformasi, yang dipimpin Inggris,” katanya dalam kolom editorial sepanjang 2.000 kata.
Times mengikuti jejak surat kabar bisnis Financial Times dan majalah The Economist yang secara resmi mendukung kampanye agar tetap bertahan.
Times adalah bagian dari surat kabar stabil Inggris milik taipan media Rupert Murdoch yang juga meliputi The Sun dan The Sunday Times.
The Sun, koran terlaris di Inggris, mendukung Inggris keluar dari UE.
Editorial Times mengatakan referendum akan membentuk karakter Inggris selama beberapa dekade ke depan, memengaruhi undang-undangnya, perbatasan, imigrasi dan keyakinan “baik di masa sekarang yang tidak sempurna maupun di masa depan yang masih belum bisa diprediksi”.
Surat kabar itu mengatakan selama lima tahun terakhir “agenda Uni Eropa menyempit dan efektivitasnya sudah jauh berkurang.”
UE harus mereformasi kebebasan dari aturan geraknya, jika tidak blok tersebut akan terancam runtuh, kata Times. (AFP/Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...