Rusia Selidiki Perdagangan Anak Online di AS
MOSCOW, SATUHARAPAN.COM Rusia sedang menyelidiki kasus kejahatan perdagangan manusia melalui jaringan mengadopsi anak-anak Rusia di Amerika Serikat.
Komite Investigasi mengumumkan pada hari Kamis (5/12) menanggapi laporan adanya anak-anak Rusia yang diadopsi di AS diperdagangkan dalam jaringan bawah tanah melalui Internet oleh orang tua yang tidak lagi menginginkan mereka. Beberapa korban dilaporkan menderita akibat mengalami pelecehan fisik dan seksual.
Juru bicara komite investigasi, Vladimir Markin, mengatakan, ada 26 mengadopsi anak Rusia yang diyakini menjadi korban, termasuk Anna Barnes (nama aslinya Anna Faizzulina yang lahir 1994), Inga Whatcott (nama aslinya Inga Kurasova, lahir 1985), dan Dmitri Stewart yang diambil dari Skotlandia dan ditinggalkan pada satu pasangan di Chicago.
Media Rusia, RIA Novosti memberitakan bahwa Inga diadopsi dari sebuah panti asuhan Rusia pada tahun 1997 pada usia 12 tahun. Dia dibawa ke AS oleh orangtua barunya, Priscilla dan Neal Whatcott. Setelah kurang dari satu tahun, melalui internet menemukan orangtua baru, dengan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengatasi perilaku anak itu. Inga ditempatkan dalam keluarga, di mana dia mengatakan mengalami kekerasan fisik dan seksual.
Konstantin Dolgov, perwakilan khusus untuk hak asasi manusia di Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan bahwa Moskow telah diberitahu Washington tentang penyelidikan kejahatan tersebut dan mengharapkan ada respons cepat.
"Kami telah menyampaikan informasi tentang kasus pidana tersebut ke pihak Amerika melalui kedutaan kami di Washington," kata Dolgov. "Kami meminta penyelidikan menyeluruh dan tidak bias."
Iklan Online
Sementara seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada RIA Novosti pada hari Kamis bahwa departemennya menyadari adanya laporan pers tentang penyelidikan oleh pihak Rusia, namun belum menerima permintaan bantuan dari Komite Investigasi.
"Kami sangat terganggu oleh laporan media pada bulan September tentang orangtua yang mengiklankan anak mereka secara online, dan menyerahkan hak asuh tanpa perlindungan dari negara atau pengawasan pemerintah daerah," kata pejabat Departemen Luar Negeri itu.
"Kami tetap berkomitmen untuk memastikan bahwa layanan dan perlindungan yang dapat diandalkan untuk kesejahteraan semua anak," kata dia. Sementara itu, Departemen Kehakiman AS menolak mengomentari investigasi Rusia tersebut.
Alexander Bastrykin, kepala Komite Investigasi, telah menulis surat kepada Jaksa Agung AS, Eric Holder, pada bulan November. Dia meminta penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran hak-hak mengadopsi anak-anak Rusia yang ditemukan dalam investigasi, seperti pernah diberitakan kantor berita Reuters dan televisi NBC.
Reuters dan NBC mengungkapkan keberadaan sebuah pasar online di mana orangtua menyerahkan anak-anak yang tidak diinginkan untuk diadopsi kepada orang asing. Mereka bertemu dalam forum melalui internet di Yahoo atau melalui Facebook.
Beberapa orangtua menyatakan bahwa mereka tidak bisa lagi bisa mengatasi masalah emosional atau perilaku yang dialami anak-anak, yang sebagian besar berasal dari luar negeri.
Investigasi mengidentifikasi anak-anak itu mengalami pelecehan berat setelah diberikan kepada orangtua baru. Satu anak laki-laki berumur 10 tahun diserahkan di tempat parkir sebuah motel di tengah-tengah banyak orang. Mereka sekarang menjalani hukuman penjara untuk kasus pornografi anak.
Larangan Adopsi
Sebuah undang-undang yang melarang adopsi anak-anak Rusia oleh warga negara AS telah ditandatangani oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, akhir tahun lalu dan mulai berlaku pada bulan Januari.
UU itu dinamai "Hukum Dima Yakovlev" terkait kasus seorang anak Rusia berusia 21 bulan yang meninggal karena serangan panas pada bulan Juli 2008 di Virginia. Ketika itu, ayah angkatnya, Miles Harrison, meninggalkan dia di kursi belakang mobilnya selama sembilan jam setelah lupa untuk membawanya ke tempat penitipan anak. Harrison dibebaskan dari tuduhan pembunuhan disengaja.
UU itu menimbulkan kecaman internasional dan dituduh sebagai pembalasan Kongres AS yang mengeluarkan UU Magnitsky pada bulan Desember 2012. Hal itu menciptakan daftar hitam pejabat Rusia untuk pelanggaran hak asasi manusia, terkait dengan kematian pengacara anti korupsi, Sergei Magnitsky, di penjara Moskow pada tahun 2009.
Sementara sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga polling Rusia, VTsIOM, pada Maret lalu, menunjukkan bahwa 64 persen orang Rusia mendukung aturan melarang orang asing mengadopsi anak-anak setempat. (ria.ru)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...