Rusia Tarik Semua Militernya di Suriah
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Rusia akan menuntaskan penarikan sebagian besar kontingen militer di Suriah dalam dua sampai tiga hari mendatang, kata Komandan Angkatan Udara Rusia, Viktor Bondarev, dalam wawancara dengan harian Komsomolskaya Pravda, hari Kamis (17/3).
Sebelumnya, pada hari Selasa dan Rabu, pesawat tempur Rusia terbang keluar dari Suriah, sesuai keputusan Moskow untuk menarik sebagian besar pasukannya.
Pesawat tempur SU-25 dan pesawat transportasi IL-76 milik Rusia ditarik dari landasan Hmeimim di Suriah, kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan.
Menanggapi hal ini, pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa penarikan itu sebagai "indikasi awal’’ yang membantu proses pembicaraan damai intra Suriah di Jenewa yang tengah berlangsung. Keputusan itu sendiri memberikan kejutan.
Pembicaraan Jenewa
Pembicaraan damai Suriah di Jenewa untuk mengakhiri perang saudara yang brutal selama lima tahun dari menewaskan sekitar 270.000 orang, serta jutaan warga Suriah menjadi pengungsi.
Utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, menyebutkan penarikan itu sebagai "perkembangan yang signifikan" bagi pembicaraan damai. Disebutkan delegasi pemerintah dan pemberontak juga mengajukan peta jalan untuk solusi politik.
"Kami berharap (ini) akan berdampak positif bagi kemajuan negosiasi," katanya.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry yang mengunjungi Moskow, juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk memanfaatkan kesempatan terbaik dalam mengakhiri pertumpahan darah di Suriah.
Keputusan Putin yang mengejutkan pada hari Senin memerintahkan pasukan Rusia ditarik dari Suriah, namun tetap akan menjaga pangkalan udara dan pangkalan angkatan laut di sana.
Penarikan pesawat Rusia dari Suriah dinilai banyak kalangan memberi ‘’tekanan" pada Presiden Suriah, Bhasar Al-Assad untuk bernegosiasi.
Utusan Khusus PBB, Staffan de Mistura mengatakan bahwa para pihak telah memberikan masukan untuk peta jalan penyelsaian konflik.
"Kami ... bertukar beberapa paper dan juga ide-ide tentang cara untuk mencapai kemajuan pada pertemuan berikutnya pada masalah proses transisi," kata para delegasi setelah hari kedua negosiasi.
Kelompok oposisi utama, seperti dikutip AFP, pada hari Selasa mengatakan bahwa jika ada kemajuan, akan siap untuk bernegosiasi di ruangan yang sama dengan delegasi pemerintah bukannya melalui mediator.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...