Rusia: Turki Pemasok Senjata Ilegal untuk ISIS
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Moskow telah menyerahkan data ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa Turki memasok senjata ilegal dan peralatan militer ke Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Suriah. Persediaan itu diawasi oleh dinas intelijen Turki, utusan Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan seperti dikutip oleh media Rusia.
"Pemasok utama senjata dan peralatan militer ke pejuang ISIL (ISIS) adalah Turki, yang melakukannya melalui organisasi non-pemerintah. Bekerja di daerah ini diawasi oleh Organisasi Intelijen Nasional Turki," tulis Churkin sebagaimana dikutip rt.com, hari Jumat (1/4).
Menurut dia, pengakutannya "sebagian besar menggunakan kendaraan, termasuk sebagai bagian dari konvoi bantuan kemanusiaan."
Surat itu menyebutkan beberapa LSM - didanai dari sumber-sumber Turki dan asing - yang mengirim kargo yang berbeda, termasuk peralatan militer, untuk Suriah tahun lalu.
"Pada tahun 2015, dibentuk sekitar 50 konvoi ke daerah-daerah Turkmen dari Bayirbucak dan Kiziltepe (260 kilometer utara Damaskus)," Churkin menekankan, menambahkan bahwa Iyilikder Foundation dan Foundation for Human Rights and Freedoms juga terlibat.
Pengiriman dilakukan melalui berbagai pos pemeriksaan di perbatasan Turki-Suriah serta saluran air, terutama sungai Efrat, kata surat itu.
“Persenjataan diterima oleh teroris dalam beberapa bulan terakhir termasuk sistem TOW rudal anti-tank, peluncur granat RPG-7, senapan recoilless M-60, dan granat tangan, serta berbagai amunisi dan alat komunikasi,” tambahnya.
Menurut utusan Rusia itu, kelompok teroris yang beroperasi di Suriah menerima bahan peledak senilai US$ 1.900.000 (sekitar Rp 24,8 miliar) dari Turki tahun lalu.
"Jumlah persediaan untuk teroris melalui Turki adalah sebagai berikut pada tahun 2015: 2.500 ton amonium nitrat; 456 ton potasium nitrat; 75 ton bubuk aluminium; natrium nitrat; gliserin, dan asam nitrat," tulis Churkin.
Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Presiden Suriah Bashar al-Assad menuduh rekan Turki mendukung teroris.
Pada akhir 2015, militer Rusia merilis sejumlah bukti, termasuk gambar satelit, truk tanker minyak pindah ke Turki dari wilayah yang dikuasai oleh ISIS di Suriah.
Sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011, Turki telah menjadi rute transit utama untuk merekrut warga negara asing yang bergabung dengan ISIS, Al-Nusra Front dan kelompok-kelompok teror lain di negara tetangganya, dengan laporan yang menunjukkan militan diizinkan untuk melintasi perbatasan tanpa hambatan.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...