Ruth Mathen Berjuang untuk Kesetaraan Hak
SATUHARAPAN.COM – Pada usia 20 tahun, Ruth Mathen telah melangkah jauh di jalan yang Tuhan pilihkan untuk dia. Panggilan itu ia rasakan dan ia terima ketika sedang berada di kamp YMCA enam tahun lalu. Sekarang, ia menjalankan organisasi nonpemerintah (LSM) bersama tiga teman kuliahnya.
Kisahnya dimulai pada tahun 2015, ketika ia menghadiri peresmian Sel Layanan Sosial di sekolahnya di Mumbai, India. Ia seketika menyadari perbedaan mencolok dan ketidaksetaraan dalam sistem sekolah India, 75 persen anak-anak bersekolah di sekolah umum, sementara 25 persen sisanya pergi ke sekolah swasta dengan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik.
”Ada kesenjangan besar dalam kualitas antara pendidikan publik dan swasta. Sistem saat ini mempromosikan ketidaksetaraan sosial dan saya memutuskan terjun ke sana dan kemudian melakukan sesuatu tentang itu,” ia berkisah kepada Claus Grue dari Dewan Gereja Dunia (WCC), seperti dilansir oikoumene.org.
Karena tidak menemukan organisasi yang cocok dengan gagasan untuk aktivitas yang ia impikan, ia dan teman-temannya memutuskan untuk mendirikan LSM sendiri: The Youth United Foundation, sehingga mereka dapat bekerja dengan cara mereka sendiri.
Hari ini, apa yang dimulai sebagai proyek percontohan kecil yang membantu anak-anak remaja di rumah tahanan, telah berkembang menjadi jaringan relawan yang mempengaruhi pendidikan 20.000 anak di daerah Mumbai-Thane.
Kunci keberhasilan datang melalui komisaris lokal di Thane. Presentasi selama 15 menit yang dilakukan Ruth dan rekan-rekannya rupanya mengesankan, sehingga mereka ingin segera melaksanakan rencana untuk pendidikan yang lebih baik dan lebih setara. Rencana tersebut mencakup sistem manajemen kelas yang lebih baik dan menciptakan forum untuk berbagi pengetahuan antara guru dari sekolah umum dan swasta.
Sejak terobosan itu, kerja sama dengan pemerintah lokal untuk meningkatkan hasil pembelajaran telah menjadi formula sukses bagi Youth United Foundation. Cara itu mulai diterapkan di tempat lain di Negara Bagian Maharashtra, di mana Mumbai terletak, dan di negara bagian tetangga Gujarad.
“Kebutuhannya tidak terbatas, dan kami memiliki banyak ide. Kami telah melalui periode pasang-surut, tetapi kami bertekad untuk membuat perbedaan bagi anak-anak India. Tujuan itu hanya bisa dicapai dengan memicu harapan dan kepercayaan diri pada mereka yang terpinggirkan. Mereka juga anak-anak Tuhan dan kita semua diciptakan sama,” kata Ruth, yang di antaranya mengecap pendidikan St Xavier’s College.
Ketidaksetaraan Gender
Ketidaksetaraan gender adalah ketidakadilan lain yang ingin ia lawan. Tantangannya tak kalah besar. Sumber inspirasi Ruth adalah ibunya, yang mengalahkan rintangan demi rintangan, mengejar pendidikan yang lebih tinggi, dan menjadi ilmuwan yang dihormati.
“Ibu saya memberdayakan saya, dan saya ingin memberdayakan wanita lain agar memiliki keyakinan diri. Ada wanita yang fantastis di komunitas saya,” kata Ruth.
Tekadnya untuk memajukan hak-hak perempuan dan kesempatan yang setara tidak pernah terlewatkan di gerejanya sendiri, di mana laki-laki secara tradisional mengemban tanggung jawab.
“Agama saya harus memberdayakan saya, bukan menundukkan saya. Kami memiliki tradisi yang indah di gereja, dan saya akan terus memberikan pelayanan dan bekerja untuk gereja. Tetapi, harus tetap relevan untuk generasi baru dan pemikiran baru sangat dibutuhkan. Kita harus menemukan cara baru dan kreatif untuk pelayanan pemuda dan menerapkan metode pendidikan yang baru dan lebih cocok,” Ruth menjelaskan.
Dalam satu atau dua dekade ia membayangkan gereja yang lebih kuat, lebih inklusif dan lebih akomodatif. Ia memimpikan sebuah gereja di mana perempuan mengambil bagian yang sama dalam pengambilan keputusan dan di mana transparansi berkuasa.
“Sebuah tantangan, pastinya, tetapi ketekunan itu penting. Saya memiliki kemauan, jadi saya telah membuka jalan saya,” ia menyimpulkan.
Pada 7 April, Ruth Mathen membagikan ceritanya sebagai salah satu pembicara di Asia Youth Youth Assembly di Manado, Indonesia. Di ajang itu, 350 rekan pemuda Kristiani dari seluruh Asia berkumpul untuk membahas tantangan yang mereka hadapi saat ini.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...