Ryamizard, Putra Loyalis Soekarno, Menantu Wapres Era Soeharto
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pertahanan Kabinet Kerja, Ryamizard Ryacudu, punya latar belakang unik. Ayahnya dihubungkan dengan Dewan Revolusi pada 1965, namun tidak membuat karier militernya mandek. Kariernya menanjak setelah pada 1990 ia menikahi Nora Tristyana, putri Try Sutrino, Panglima TNI yang menjadi wakil presiden di era Pemerintahan Soeharto.
Brigjen Musannif Ryacudu, ayah Ryamizard, adalah salah satu jenderal pendukung presiden pertama RI Soekarno pada zamannya. Karena Soekarnois dan berpengaruh di kalangan militer saat itu, nama Brigjen Ryacudu dicatut Letkol Inf Untung dalam Dewan Revolusi pada 1965 pasca–Gerakan 30 September.
Walaupun Ryacudu membantah terlibat dalam dewan itu, ia dibuang Jenderal Soeharto yang mengambil alih kekuasaan Soekarno ketika itu. Namun, kariernya masih selamat setelah ikut memimpin operasi penumpasan G-30-S 1965-1967 di Kalimantan Barat.
Putranya, Ryamizard Ryacudu, lulus dari AKABRI (kini Akademi Militer) berkarier di batalion infanteri dengan puncaknya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada era Presiden Megawati. Pada akhir masa jabatan presiden, sempat dipromosikan menjadi Panglima TNI, tetapi digagalkan oleh pengganti Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono. Konon, ia tidak disukai Amerika Serikat karena bertanggung jawab atas pembunuhan Theys Hiyo Eluay, ketua Lembaga Musyawarah Adat Papua di Timika.
Laki-laki kelahiran Palembang, 21 April 1950 ini, dikenal luas sejak ia menjadi salah satu komandan Kontingen Garuda XII di Kamboja pada 1990-an. Waktu itu pangkatnya kolonel. Dari Kamboja ia jadi Komandan Brigade Infanteri 17 Kostrad, lalu Aspos Kasdam VII/Wirabuana, lalu Kepala Staf Divif 2/Kostrad, Kasdam II/Sriwijaya, Pangdif 2/Kostrad, Kepala Staf Kostrad, Pangdam V/Brawijaya dan Pangdam V/Jaya. Yang membuat Ryamizad dibicarakan banyak orang, juga karena ia menikah dengan salah satu anak perempuan Panglima ABRI, Jenderal TNI Try Sutrisno.
Hal lain yang mengganjal Ryamizard dari jabatan panglima, adalah penerbitan buku Indonesia Terjebak Perang Modern yang dilansir Seskoad, akhir Desember 2004. Isi buku itu dianggap memosisikan Indonesia sebagai pihak yang berseberangan dengan Amerika Serikat. Peluncurannya sempat dilarang Presiden SBY, panitia akhirnya meminta izin ke Wakil Presiden Jusuf Kalla. Acara berlangsung mulus.
Ryamizard juga dianggap tak setuju dengan hasil MOU Aceh di Helsinki. Sikap keras tanpa kompromi mantan KSAD ini dianggap bisa membahayakan perdamaian di Aceh yang sedang dirintis. Namun, ia dikenal sebagai tentara yang tidak berpolitik. "Saya bukan orang politik, saya tidak mau berpolitik. Saya seorang prajurit," ujar Ryamizard suatu ketika. Hari ini, Senin (27/10) Ryamizard dilantik menjadi Menteri Pertahanan berlatar belakang militer pertama era Reformasi (berbagai sumber)
Baca juga:
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...