Sahabat Perjuangan Nelson Mandela Meninggal Dunia
JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM - Sahabat perjuangan Nelson Mandela yang menghabiskan masa-masa dalam tahanan bersamanya, Ahmed Kathrada, meninggal dunia pada hari Selasa pagi (28/03) di Johannesburg, Afrika Selatan. Usianya 87 tahun.
Puluhan tahun Kathrada mendekam di penjara bersama Bapak Bangsa Afrika Selatan itu, berjuang melawan rezim apartheid, sebelum akhirnya dibebaskan dan sempat menjadi penasihat Mandela dalam pemerintahan.
Ahmed Kathrada, seorang putra imigran India, kerap dipanggil dengan nama julukan Kathy. Nama itu diberikan oleh gurunya --seorang kulit putih, tatkala ia di kelas delapan sekolah menengah.
Gurunya itu tak bisa melafalkan namanya, Kathrada, dengan benar. Akhirnya, ia menggantinya menjadi Kathy. Nama itu menjadi julukannya sejak tahun 1944.
Kathy adalah seorang pemimpin pergerakan hak kaum India di Johannesburg pada 1950-an. Dia pindah ke Johannesburg ketika berusia delapan tahun karena di kampung halamannya di Scwheizer-Reneke tidak ada sekolah untuk orang India.
Orangtuanya adalah imigran dari Gujarat. keluarga India di daerah pedesaan Afrika Selatan cukup langka saat itu.
"Jadi ketika saya ditangkap di Free State pada tahun 1955, kepala polisi mengatakan, 'Saya belum pernah melihat orang India dalam hidup saya. Saya punya sel untuk kulit putih, saya punya sel untuk orang kulit hitam. Saya tidak memiliki sel untuk menempatkan Anda, '" kenang Kathrada, dalam wawancara dengan NPR.
Kathrada, dalam sebuah wawancara dengan NPR, mengatakan pada awalnya ia mendukung perlawanan pasif. Namun akhirnya ia setuju dengan Kongres Nasional Afrika (ANC), gerakan perjuangan melalui partai politik, untuk menciptakan perlawanan bersenjata menggulingkan pemerintah apartheid.
Ketika ANC dilarang pada tahun 1960, Kathrada bergerak di bawah tanah. Pada tanggal 11 Juli 1963, ia ditangkap bersama para pemimpin ANC lainnya. Ini memicu Pengadilan Rivonia, kasus yang paling terkenal dalam sejarah Afrika Selatan.
Kathrada, dengan sesama terdakwa termasuk Nelson Mandela, Govan Mbeki dan Walter Sisulu, sejak awal setuju untuk tidak mengajukan banding atas dakwaan pengkhianatan yang ditujukan kepada mereka.
"Mereka mengatakan agar kami mempersiapkan diri untuk yang terburuk," katanya, mengenang penahanannya. "Mereka tidak mengatakan hukuman gantung, tetapi mereka mengatakan agar kami mempersiapkan diri untuk yang terburuk."
Dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada usia 34 tahun ia kemudian dikirim ke Pulau Robben, penjara yang terkenal di Afrika Selatan. Dia tetap dipenjara sampai berusia 60. Dia bilang dia tidak pernah kehilangan kepercayaan bahwa suatu hari ia akan dibebaskan. Dia dan para pemimpin ANC lain membantu Mandela menyusun memoarnya di penjara dan menyelundupkannya di luar.
Setelah dibebaskan, Kathrada diberikan pengampunan. Bahkan sahabatnya yang paling dekat di kemudian hari adalah salah satu dari penjaga penjara.
"Tidak seperti di negara-negara kolonial lain di mana penjajah pulang ke rumah mereka setelah kebebasan datang, penindas kami adalah orang Afrika Selatan," jelasnya. "Lahir dan dibesarkan di Afrika Selatan. Dan jumlahnya tidak hanya ribuan, tapi jutaan," kata dia dalam wawancara.
Ketika ANC memenangkan kendali pemerintahan di Afrika Selatan dalam pemilu semua ras pertama pada tahun 1994 yang membongkar apartheid, Kathrada menjabat sebagai penasihat parlemen Presiden Mandela. Dia, seperti Mandela, mengundurkan diri setelah satu periode.
Kemudian, ia benar-benar kembali ke Pulau Robben - kali ini untuk mendiami rumah pribadi, di mana ia tinggal selama hampir lima tahun sebagai presiden Museum Pulau Robben.
Dia menikmati memberikan tur VIP kepada para pemimpin dunia yang mengunjungi penjara yang dijadikan museum itu.
"Itu ada di CV saya," kata dia sambil tertawa. "Seorang pemandu wisata profesional, yang tidak dibayar. Saya sudah melakukannya lebih dari 300 kali."
Kathrada meninggalkan seorang pasangan hidupnya, Barbara Hogan, mantan tahanan politik dan mantan menteri.
Editor : Eben E. Siadari
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...