Saham Eropa Turun Tertekan Tindakan AS atas Irak
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Pasar-pasar saham utama Eropa merosot pada awal perdagangan Jumat (8/8), karena para investor mencari keselamatan setelah Presiden AS Barack Obama mengizinkan serangan udara di Irak, kata para pedagang.
Indeks utama di Frankfurt turun di bawah tingkat psikologis penting 9.000 poin untuk pertama kalinya sejak Maret, setelah Tokyo ditutup pada titik terendah dua bulan.
Indeks DAX 30 dibuka turun 1,23 persen menjadi 8.928,19 poin, titik terendah sejak 14 Maret.
Indeks acuan FTSE 100 di London turun 0,59 persen menjadi berdiri di 6.558,50 poin dibandingkan dengan tingkat penutupan Kamis, sementara indeks CAC 40 di Paris berkurang 0,86 persen menjadi 4.114,09.
Di pasar valuta asing para investor bergegas memburu yen, yang dipandang sebagai mata uang "safe haven", membantu mendorong mata uang Jepang itu menguat terhadap dolar dan euro.
"Pasar-pasar kembali di bawah tekanan pada Jumat pagi karena para investor terus berlarian ke aset-aset safe haven," kata pedagang Spreadex, Lee Mumford.
"Fokus untuk para pedagang bergeser lagi ke arah zona konflik lain di Timur Tengah ketika Presiden Obama kemarin malam mengumumkan bahwa ia telah mengizinkan serangan udara ... di Irak utara."
"Dengan risiko-risiko geopolitik meningkat di beberapa wilayah di dunia, penghindaran risiko tampaknya telah secara tegas terus diambil," tambah Mumford.
Pasar sedang terbebani juga oleh krisis Rusia-Ukraina dan kegelisahan investor atas konflik Israel-Palestina.
Pada Kamis, Obama memerintahkan pesawat tempur AS kembali ke langit di atas Irak untuk menjatuhkan makanan bagi para pengungsi dan jika diperlukan melancarkan serangan udara untuk menghentikan apa yang dia katakan sebuah "genosida" potensial.
Misi pertama armada udara AS adalah untuk menjatuhkan makanan dan air bagi ribuan anggota minoritas agama Yazidi yang dikepung oleh ekstremis pejuang Sunni dari apa yang disebut Negara Islam (IS). Puluhan ribu warga Kristen Irak juga telah mengungsi.
Obama memperingatkan bahwa ia juga telah mengizinkan militer untuk melaksanakan serangan yang ditargetkan mendukung pasukan Irak untuk menghentikan kemajuan militan ISIS atau melindungi penasehat AS yang bekerja di lapangan.
"Tingkat dimana investor melarikan diri dari saham kian cepat ketika ketegangan geopolitik terus meningkat, terutama setelah Rusia mulai membalas kontra-sanksi terhadap Barat," kata Markus Huber,
analis senior di broker Peregrine & Black. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...