Saham Wallstreet Rebound
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Tragedi pengeboman di Boston, Amerika Serikat yang terjadi pada Senin (15/4) siang waktu setempat, tampaknya belum menunjukkan pengaruhnya terhadap pergerakan saham di pasar saham AS, Wallstreet. Tercatat pada Selasa (16/4) pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 merambat naik sebesar 1,4% dan angka ini merupakan kenaikan terbesar tahun ini dan rebound dari penurunan terbesar dalam lima bulan terakhir.
Sementara indeks Dow Jones Industrial, berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Bloomberg, naik 1,1% menjadi 14.756,78 dan pada transaksi tadi malam terdapat sekitar 6,4 miliar saham yang berpindah tangan. Jika disimpulkan, angka ini setara dengan rata-rata transaksi periode tiga bulanan.
Sebanyak 10 sektor industri menghijau, seperti halnya sektor barang konsumen yang mencatatkan kanikan tertinggi pada indeks S&P 500 dengan kenaikan sebesar 1,7%.
Beberapa saham yang mengalami kenaikan adalah Coca Cola Inc yang melompat jauh sebesar 5,7% dan saham Johnson & Johnson yang naik sebesar 2,1% setelah penjualan produk obat baru serta akuisisi Synthes Inc. sukses mendongkrak angka penjualan mereka.
Berdasarkan penilaian analisis, laju bursa AS yang ternyata juga tidak terpengaruh dengan aksi terorisme di negara bagian Massachusets kemarin, adalah data perbaikan dalam sektor properti AS. Dari data yang dirilis Departemen Perdagangan AS, konstruksi pembangunan rumah baru di AS melonjak melampaui prediksi para ekonom pada Maret lalu.
Kondisi ini, seperti dikatakan Chief Market Strategist Russel Investment, Stephen Wood, disebabkan oleh proyek multifamily yang naik ke level tertinggi dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir.
"Koreksi pada sektor properti merupakan salah satu elemen positif penting dalam perekonomian. Kami melihat perekonomian AS tidak akan jatuh ke jurang resesi namun akan terus membaik. Apalagi the Fed sangat membantu," katanya.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...