Sakharov Prize Diserahkan pada Dua Perempuan Yazidi
STRASBOURG, SATUHARAPAN.COM - Dua perempuan Yazidi yang diculik militan Negara Islam (ISIS) pada tahun 2014 dan dijadikan sebagai budak seks menerima penghargaan Hak Asasi Manusia dari Parlemen Eropa, Sakharov Prize atas perjuangannya dalam kebebasan berpikir dan berekspresi.
Keduanya menjadi simbol dalam upaya untuk melindungi komunitas Yazidi setelah selamat dari penyekapan di tangan ISIS.
Nadia Murad dan Lamiya Aji Bashar diumumkan sebagai penerima pada bulan Oktober lalu dan pada hari Selasa (13/12), menerima penyerahan penghargaan tersebut dalam upacara di Kota Strasbourg, Prancis.
Keduanya adalah di antara 7.000 ribu wanita Yazidi dan anak perempuan yang diculik dan dijual sebagai budak seks di bawah kekuasaan ISIS. Sementara sebanyak 5.000 orang Yazidi lainnya tewas menjadi korban ISIS.
Mereka berdua ditawan di desa mereka di Sinjar, Irak utara pada Agustus 2014. ISIS yang mengepung wilayah itu kemudian melarikan diri setelah mendapat serangan udara dari koalisi pimpinan AS.
Murad dan Bashar kemudian berjuang membantu warganya dari peristiwa yang membuat trauma, yang PBB sebut sebagai genosida.
Saat menerima penghargaan, Bashar mengatakan ia memutuskan untuk menjadi "suara dari mereka yang tidak mampu bersuara," dan mengajak para anggota parlemen untuk tidak pernah membiarkan hal-hal seperti itu terjadi lagi. Dia juga meminta supaya anak-anak korban ISIS bisa mendapat bantuan psikologis.
Sementara Murad mengatakan ISIS berupaya keras menghapus ideologi mereka, dan ISIS harus bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi di tingkat internasional.
Tahun lalu Murad mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa ISIS bertujuan menghabisi semua orang Yazidi karena mereka dianggap kafir. Dia mendesak dewan untuk bertindak membebaskan wilayah Yazidi dari ISIS. (vonews)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...