Salah Perhitungan, Tentara Irak Tinggalkan Ramadi
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Pasukan Irak yang mundur dari Ramadi ketika menghadapi serangan dari para pejuang kelompok Islamic State (ISIS) sebagian disebabkan karena mereka salah berasumsi bahwa badai pasir dapat menghambat bantuan serangan udara pimpinan AS, kata Pentagon pada Kamis (21/5).
Kelompok ISIS pada Minggu (17/5) merebut kendali ibu kota provinsi Anbar tersebut dalam pukulan terbesar bagi pemerintahan Baghdad dan koalisi internasional yang memerangi para militan.
“Pasukan Irak di Ramadi meyakini bahwa karena cuacanya seperti itu, mereka tidak akan bisa menerima dukungan udara,” ujar juru bicara kolonel Steven Warren kepada para wartawan, mengacu pada badai pasir.
“Kami saat ini berpendapat bahwa inilah salah satu faktor yang memengaruhi keputusan mereka untuk mundur dari Ramadi.”
Namun, dia mengatakan bahwa para komandan Irak salah berasumsi karena pesawat tempur Amerika bisa terbang di kawasan itu.
“Apa yang kami ketahui bahwa cuaca tersebut tidak memengaruhi kemampuan kami untuk melakukan serangan udara, tapi kami memahami bahwa para komandan di darat meyakini sebaliknya dan itu menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap keputusannya mengubah posisi mereka,” ujarnya.
Menurut jumlah serangan udara militer AS, pesawat pimpinan Amerika telah melancarkan tujuh serangan di dekat Ramadi antara Sabtu hingga Minggu pagi, serta tiga di dekat kota barat Fallujah.
Seorang juru bicara untuk Central Command AS, Kolonel Patrick Ryder, pada Rabu (20/5) mengatakan bahwa hanya tedapat “debu kecil dan kabut” di sekitar kota tersebut yang tidak “berdampak” pada serangan udara koalisi.
Warren mengatakan belum diketahui dengan jelas “hubungan komunikasi pada saat itu” antara pasukan AS dan tentara Irak di Ramadi sebelum kota tersebut jatuh ke tangan militan.
Presiden AS Barack Obama menyebut jatuhnya wilayah penting Irak ke ISIS sebagai kemunduran taktis, dan menegaskan bahwa mereka belum kalah dalam perang melawan kelompok jihad itu.
“Saya rasa kami belum kalah,” ucap Obama dalam sebuah wawancara dengan majalah berita The Atlantic.
“Kemunduran taktis memang terjadi, meskipun Ramadi sudah lama rentan,” ujarnya.
Sejak Agustus 2014, atas perintah Obama, koalisi pimpinan AS sudah mengenai lebih dari 6.000 target di Irak dan Suriah lewat serangan udara, dengan tujuan menghabisi kelompok ISIS.
Obama menolak mengirimkan pasukan tempur AS ke Irak menyusul pertempuran sengit setelah penggulingan Saddam Hussein.
Obama menyalahkan kurangnya pelatihan dan penguatan terhadap pasukan keamanan Irak sendiri.
“Pada dasarnya mereka sudah ada di sana selama satu tahun tanpa jumlah pasukan yang memadai,” kata Obama.
Ramadi merupakan wilayah penting bagi minoritas Sunni Irak, cukup dekat dari ibu kota Baghdad. (AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...