Salak, Berpotensi Meningkatkan Kekebalan Tubuh
SATUHARAPAN.COM - Salak merupakan salah satu jenis tumbuhan yang berbuah kapan saja, tanpa mengenal musim. Itu yang menyebabkan buah salak mudah kita temui di pasar, di pasar swalayan, atau di penjaja buah di pinggir jalan.
Buah salak dapat dikonsumsi dalam keadaan buah segar, memiliki rasa manis atau sedikit sepat, atau juga dalam bentuk olahan, misalnya keripik salak, manisan salak, asinan salak, salak kalengan, koktail salak, hingga sup buah. Belakangan, muncul di pasaran beberapa aneka olahan salak yang inovatif dari Sleman, yakni dodol salak, bakpia salak, geplak salak, geblek salak, kurma salak, selai salai, hingga karamel salak.
Salak merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dijumpai di wilayah tropis termasuk Indonesia. Selain memiliki rasa manis, ternyata salak memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Salah satunya, bisa meningkatkan sistem kekebalan atau imunitas tubuh.
Tim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada Yogyakarta, mendapati buah salak kaya akan kandungan senyawa polifenol dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut dikenal mempunyai efek antikanker dan dapat mengaktifkan respons imun.
“Flavonoid diketahui dapat meningkatkan aktivitas proliferasi limfosit secara invitro, sehingga berpotensi sebagai agen imunomodulator,” kata Nurwachid Arbangi, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UGM seperti dikutip dari ugm.ac.id, 21 Januari 2016.
Dalam penelitian itu, mereka menggunakan daging buah salak pondoh (Salacca zalacca). Salak yang diperoleh dari petani salak di Turi, Sleman, kemudian dibuat menjadi ekstrak dengan menambahkan etanol sebagai pelarut. Percobaan dilakukan menggunakan sel makrofag dari 16 ekor mencit. Setelah ekstrak buah salak diujikan pada makrofag, menunjukkan dapat meningkatkan imunitas setelah sebelumnya tikus tersebut diinfeksi bakteri.
Selain itu salak juga digunakan untuk menghentikan diare. Jadi, bila kebanyakan makan salak akan menyebabkan kesulitan membuang air besar dalam kadar menengah. Dalam tradisi bangsa Tiongkok, kulit salak juga digunakan sebagai bahan obat.
Sedangkan helai-helai anak daun dan kulit tangkai daunnya dapat digunakan sebagai bahan anyaman, sesudah duri-durinya dihilangkan lebih dahulu. Karena duri-durinya hampir tak tertembus, rumpun salak kerap ditanam sebagai pagar. Demikian pula, potongan-potongan tangkai daunnya yang telah mengering pun kerap digunakan untuk mempersenjatai pagar, atau untuk melindungi pohon yang tengah berbuah dari pencuri.
Keanekaragaman Hayati 19 Spesies
Tanaman salak menurut Wikipedia adalah palma berbentuk perdu atau hampir tidak berbatang, berduri banyak, melata, dan beranak banyak, tumbuh menjadi rumpun yang rapat dan kuat. Batang menjalar di bawah atau di atas tanah, membentuk rimpang, sering bercabang.
Daun salak majemuk menyirip. Tangkai daun, pelepah, dan anak daun, berduri panjang, tipis dan banyak. Warna duri kelabu sampai kehitaman. Anak daun berbentuk lanset dengan ujung meruncing, sisi bawah daun keputihan oleh lapisan lilin.
Karangan bunga terletak dalam tongkol majemuk yang muncul di ketiak daun, bertangkai, mula-mula tertutup oleh seludang, yang belakangan mengering dan mengurai menjadi serupa serabut. Tongkol bunga jantan terdiri atas 4-12 bulir silindris, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang tersusun rapat. Tongkol bunga betina bertangkai panjang, terdiri atas 1-3 bulir.
Buah salak bertipe buah batu, berbentuk segitiga, agak bulat atau bulat telur terbalik, runcing di pangkalnya dan membulat di ujungnya, terbungkus oleh sisik-sisik berwarna kuning cokelat sampai cokelat merah mengkilap yang tersusun seperti genting. Banyak duri kecil yang mudah putus di ujung masing-masing sisik.
Dinding buah tengah (sarkotesta) tebal berdaging. Warnanya kuning krem sampai keputihan. Rasanya manis, masam, atau sepat. Biji salak 1-3 butir, cokelat hingga kehitaman.
Salak, menurut Wikipedia, memiliki nama ilmiah Salacca edulis, Reinw, dengan nama sinonim Salacca zalacca. Dalam bahasa Inggris, salak dikenal dengan nama snake skinned fruit. Nama lokal lain adalah sala, rakam, atau rakum (Thailand), she pi guo (Tiongkok), dan sarakka yashi (Jepang).
Salak ditemukan tumbuh liar di alam di Jawa bagian barat daya dan Sumatera bagian selatan. Asal usulnya yang pasti, belum diketahui. Salak dibudidayakan di Thailand, Malaysia, dan Indonesia, ke timur sampai Maluku. Salak juga telah diintroduksi ke Filipina, Papua Nugini, Queensland Australia, dan juga Fiji.
Indonesia, seperti dikutip dari balitbu.litbang.pertanian.go.id, mempunyai keragaman plasma nutfah salak yang sangat tinggi. Terdapat 19 spesies salak di hutan basah tropika dataran rendah sampai dengan 800 m di atas permukaan laut.
Di antara berbagai jenis salak tersebut yang terkenal adalah salak pondoh, salak bali, dan salak sidempuan. Salak bali mempunyai ciri khusus berdaging buah tebal dan manis. Salak pondoh memiliki citarasa daging buah manis tanpa sepet. Salak sidempuan, buahnya berukuran besar dan warna dagingnya merah. Selain itu ada juga jenis salak lokal yang diberi nama menurut daerah asalnya misalnya salak suwaru, salak enrekang, salak condet, dan salak kersikan.
Kini produk olahan buah salak Kabupaten Sleman telah mampu menembus pasar Amerika Serikat. Desa Kramat Bangkalan Madura, juga membuat olahan dari buah salak yang berupa dodol, kurma, kismis, sirup, minuman kemasan gelas dengan bahan baku buah salak asli Desa Kramat Bangkalan.
Manfaat Herbal Buah Salak
Penelitian yang dilakukan tim peneliti Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, seperti dikutip dari unsrat.ac.id, yang menguji efektivitas diuretik ekstrak etanol biji salak pada tikus putih jantan galur wistar, menunjukkan ekstrak etanol biji salak memiliki efek diuretik terhadap tikus putih jantan galur wistar. Semakin tinggi konsentrasi suspensi ekstrak biji salak, semakin besar efek diuretik yang dihasilkan.
Sedangkan tim peneliti Ilmu Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, seperti dikutip dari maranatha.edu, meneliti pengaruh ekstrak kulit salak terhadap kadar gula darah pada mencit swiss webster jantan dengan tes toleransi glukosa oral. Hasil penelitian menunjukkan hasil kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak kulit salak dapat menurunkan glukosa darah pada mencit Swiss Webster jantan.
Fahrizan Manda Saputra dari Program Studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB Bogor, meneliti ekstrak daging dan kulit buah salak yang mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, dan hidrokuinon, pada uji penghambatan enzim dengan sampel ekstrak buah salak pondoh dari Balikpapan, mampu menghambat enzim glukosidase di atas 0 persen. Sebagai pembanding digunakan larutan Glukobay 1 persen yang menunjukkan penghambatan terhadap enzim sebesar75.67 persen.
Ekstrak kulit buah salak yang memiliki kandungan flavonoid dan polifenolat juga disebutkan mampu menurunkan kadar asam urat, menurut penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Islam Bandung, seperti yang dikutip dari situs unisba.ac.id.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...