Sampai Kapan Megawati Pimpin Banteng Moncong Putih?
SATUHARAPAN.COM – Kongres IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Sanur, Bali, akhirnya resmi dibuka oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, pada Kamis (9/4). Bendera merah berlogo banteng moncong putih dalam lingkaran berbagai ukuran pun terlihat menghiasi sepanjang jalan menuju Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Bali, tempat berlangsungnya Kongres IV PDI-P hingga Minggu (12/4) mendatang.
Semua atribut partai itu mencerminkan kemeriahan menyongsong Kongres IV PDI-P yang melibatkan sekitar 2.500 - 3.000 peserta utusan dari seluruh daerah di Tanah Air.
Menurut informasi yang dihimpun satuharapan.com dari sejumlah media, tujuan diselenggarakannya Kongres IV PDI Perjuangan ini bukan untuk memilih siapa pemimpin partai berlambang moncong putih tersebut lima tahun ke depan, melainkan sebagai partai pemenang Pemilu Legislatif 2014 mereka ingin membahas sejumlah agenda utama seperti laporan pertanggungjawaban pengurus DPP PDI-P periode 2010-2015, draft revisi AD/ART untuk kemudian disetujui menjadi AD/ART perubahan, dan penegasan kembali posisi PDI-P sebagai partai pemerintah.
Dengan kata lain, Putri Presiden RI pertama Megawati Soekarnoputri akan kembali memimpin PDI-P hinga tahun 2020 yang terpilih secara aklamasi.
Bila hal ini benar-benar terealisasi, artinya nama Megawati Soekarnoputri akan masuk dalam sejarah perpolitikan Indonesia sebagai ketua umum partai politik terlama. Megawati mulai menjabat sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan sejak tahun 1999, sebelumnya pada tahun 1993-1996 putri kedua Soekarno ini tercatat sebagai Ketua Umum PDI.
16 Tahun Kepemimpinan Megawati
Memimpin PDI-P selama hampir 16 tahun, sejumlah catatan penting berhasil digoreskan Megawati. Salah satunya membawa PDI-P memenangkan Pemilu 1999, meski akhirnya Megawati harus puas menempati posisi Wakil Presiden RI, setelah Sidang umum MPR RI saat itu memilih Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI keempat.
Pada empat pemilu legislatif yang dilalui PDI-P dalam tampuk kepemimpinan Megawati, total perolehan suara partai yang identik dengan warna merah itu terbilang tidak stabil. Di awal keikutsertaan, Pemilu 1999, PDI-P memperoleh 35.689.073 suara (33,74 persen) yang sekaligus memberikan mereka 153 kursi Gedung Parlemen Senayan.
Namun perolehan tersebut merosot kala PDI-P tampil sebagai ‘juara bertahan’ di Pemilu 2004. Saat itu, PDI-P hanya memperoleh suara sebanyak 21.026.629 atau 18,53 persen, yang memberikan 109 kursi wakil rakyat di Gedung DPR.
Pada Pemilu Legislatif 2009, perolehan suara PDI-P yang masih dibawah kepemimpinan Megawati kembali merosot. Meski tidak setajam sebelumnya, PDI-P hanya sukses meraup 14.600.091 suara atau 14,03 persen, yang memberikan mereka 95 kursi di DPR.
Selain merosotnya jumlah suara PDI-P pada Pemilu Legislatif 2004 dan 2009, PDI-P ternyata juga gagal mengusung nama sang ketua umum menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia pada dua pemilu presiden di tahun yang sama.
Saat berpasangan dengan Hasyim Muzadi di tahun 2004, Megawati dikalahkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Sementara saat bertandem dengan Prabowo Subianto di Pemilu Presiden 2009, Megawati ditumbangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Seakan belajar dari kesalahan tersebut, PDI-P coba merubah strategi yang belum pernah dimainkan partai politik lainnya di Tanah Air ini, mengusung kader sebagai calon presiden, yakni Joko Widodo.
Nampaknya strategi ini cukup ampuh. PDI-P meroket ke peringkat pertama daftar perolehan suara Pemilu Legislatif 2014 dengan meraup 23.681.471 suara atau 18,95 persen, sekaligus mencuri 109 jatah kursi di Gedung Parlemen Senayan.
Apakah ini yang disebut dengan istilah sejumlah kalangan Jokowi Effect? Kader-kader PDI-P saat itu langsung menepis anggapan tersebut. Menurut mereka, kesuksesan PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 adalah buah dari kebijaksanaan Megawati sebagai pemimpin yang rela tidak mencalonkan diri sebagai Presiden RI karena rakyat lebih menginkan nama Jokowi.
Hanya Megawati
Kini, sejumlah kader mengatakan hanya Megawati yang mampu memberi kemenangan bagi PDI-P di Pemilu 2019. Salah satunya sosok yang merupakan Steering Committee Kongres IV PDIP, Eva Kusuma Sundari. Dia menyatakan wajar bila dalam kongres PDI-P 2015 ini, Megawati akan kembali dilantik menjadi ketua umum, sebagaimana amanat Rapat Kerja Nasional PDI-P tahun 2014.
Senada, Ketua DPP PDI-P Maruarar Sirait menyatakan sosok Megawati Soekarnoputri pantas duduk di kursi kepemimpinan tertinggi partai. Karena menurut dia, putri kedua Soekarno tersebut satu-satunya sosok yang bisa diterima semua pihak di internal partai berlambang banteng itu.
Sosok yang akrab disapa Ara itu juga mengatakan Megawati bisa diterima dengan baik karena tidak feodal, menghargai semua kalangan, egaliter, punya rekam jejak baik, serta terbukti bekerja demi demokrasi dan ekonomi kerakyatan. Lantaran itu, meritokrasi pun ditegakkan dengan baik oleh Megawati.
Menurut Ara, salah satu buktinya adalah Megawati bisa memastikan regenerasi kader pemimpin nasional yang mumpuni. Di mana kini PDI-P memiliki sosok seperti Jokowi (Presiden RI), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), dan Puan Maharani (Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan).
Dia berpendapat, hal tersebut menjadi alasan kuat untuk kembali menjadi Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P periode 2015-2020.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...