Sangkakala Langit Bukan Tanda Kiamat, Melainkan Kentut Bumi
SATUHARAPAN.COM – Sepekan ini, beberapa orang dihebohkan dengan berita suara yang seakan terdengar dari langit mirip terompet. Ada yang menduga itu adalah sangkakala penanda kiamat. Tapi, ilmuwan dan NASA—badan antarariksa Amerika Serikat—berkata berbeda.
Lima hari lalu, media-media di Indonesia—juga di berbagai belahan dunia—memberitakan fenomena suara misterius yang biasa disebut Hum ini. Sumbernya, unggahan di situs berbagi video, YouTube.
Ada yang menduga itu adalah tanda-tanda kiamat atau akhir zaman. Yang lain menduga itu adalah suara dari makhluk luar angkasa. Bahkan, pemimpin sekte Lia Eden—Lia Aminuddin—sampai-sampai menulis surat kepada Presiden Jokowi supaya mengizinkan “alien” untuk mendarat di Monas.
Tapi, sebenarnya apakah Hum itu?
Menurut Wikipedia, The Hum adalah berbagai fenomena yang melibatkan suara dengungan berfrekuensi rendah dan tidak semua orang dapat mendengarnya. Hum dilaporkan terjadi di berbagai tempat. Contoh laporan yang terkenal adalah di Taos, New Mexico, sehingga The Hum kadang-kadang juga disebut Taos Hum. Dengungan dilaporkan terdengar di seluruh dunia, terutama di Eropa. Hum sulit dideteksi oleh mikrofon, dan sumbernya masih misterius.
Pada tahun 1990-an, fenomena Hum pertama kali dilaporkan di Amerika Utara, ketika penelitian oleh Universitas New Mexico dan keluhan banyak warga yang tinggal dekat Taos, New Mexico, menarik perhatian media. Namun pada tahun 1970-an dan 1980-an, fenomena yang mirip juga dilaporkan oleh penduduk, terutama di Britania Raya dan negara lain seperti Selandia Baru.
Beberapa penjelasan yang mungkin merupakan asal dari Hum adalah suara buatan manusia, getaran gelombang mikro, gelombang elektromagnetik akibat meteor, sistem komunikasi berfrekuensi sangat kecil, sistem pemanasan ionosfer, tinnitus, emisi otoakustik spontan.
Yohanes Surya
Senada dengan itu, profesor Fisika, Yohanes Surya di akun Facebooknya, Rabu (27/5) mengomentari fenomena suara aneh ini. Ia yakin suara aneh tersebut berasal dari bawah atau permukaan bumi.
Menurutnya, ide yang menyebut suara berasal dari luar angkasa susah untuk dipercaya. Sebab, di luar angkasa hampa udara, jadi bunyi tak bisa merambat untuk masuk ke lingkungan bumi.
“Saya lebih percaya kalau sumber bunyinya ada di bumi (termasuk atmosfer bumi),” tulis Yohanes. Menurutnya, penyebab suara tersebut dapat bermacam-macam. Akibat gesekan antarlempeng bumi yang menimbulkan gempa bumi.
“Gempa bumi kecil bisa menimbulkan bunyi yang cukup keras. Ini bisa terjadi bersamaan di beberapa tempat sekaligus,” tulis peraih gelar doktor Fisika dari College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat.
Pada kondisi tertentu, bunyi bisa dipantulkan oleh lapisan atmosfer. Sehingga bagi sebagian orang, bunyi kedengaran berasal dari angkasa.
“Sebagian lain mungkin berasal dari gesekan daun dan ranting yang tertiup angin keras atau bunyi pesawat/mesin yang sedang uji coba. Bisa juga karena kilat atau guntur,” kata pendiri Surya University itu.
Penyebab dari dalam bumi juga bisa memunculkan suara mirip suara terompet. Misalnya, saat ada gas yang hendak keluar dari celah-celah bumi. “Seperti kentut bumi,” tulis dia.
Namun, guru besar yang berusaha mengangkat derajat anak-anak Papua ini juga menduga bunyi aneh itu muncul akibat rekayasa sengaja yang dilakukan manusia.
NASA
National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat menganggap itu hal biasa. Juru bicara NASA, mengatakan, “Jika manusia memiliki antena radio bukan telinga, kita akan mendengar sebuah simfoni luar biasa dari suara-suara aneh yang datang dari planet kita sendiri. Mereka terdengar seperti musik latar belakang dari film fiksi ilmiah flamboyan, tapi ini bukan fiksi ilmiah. Emisi radio alami bumi yang nyata dan, meskipun kami sebagian besar tidak menyadari dari mereka, mereka ada di sekitar kita sepanjang waktu.”
Sangkakala dalam Alkitab
Kata-kata sangkakala dalam Alkitab yang terkait dengan masa akhir zaman, misalnya Matius 24: 31, “Dan, Ia menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.” Juga, di 1 Tesalonika 4:16, “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu bangkit.”
Dalam kitab Wahyu—yang dianggap sebagai kitab eskatologis—banyak menyebut tentang sangkakala. Misalnya, di Wahyu 1:10; 4:1. Wahyu 8 – 11 khusus menyebut tiupan sangkakala terkait dengan pembukaan meterai-meterai tanda akhir zaman.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...