Saran Ahok Soal Politik: Tiru Yesus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah berkecimpung di dunia politik sejak tahun 2004 dalam naungan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) di Bangka Belitung.
Bukan tak ada cerita jika saat ini dia sudah 12 tahun berkecimpung di dunia politik karena jika dilihat dari latar belakangnya, dia adalah seorang pengusaha. Karir politiknya boleh dibilang cemerlang. Tahun 2004 dia dipercaya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Kabupaten Belitung Timur.
Kemudian, tak genap satu tahun, pada tahun 2005, warga Belitung Timur mendesaknya untuk menyalonkan diri menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Caranya berpolitik memang tak biasa. Untuk menggandeng warganya, pria yang lahir di Belitung Timur ini membagikan nomor telepon pribadinya agar bisa langsung berhubungan secara pribadi dengannya. Dia juga terkenal dengan tidak membagikan uang kepada warga saat kampanye.
Sifatnya yang ceplas-ceplos dan apa adanya ini terkadang membuat dia memiliki banyak musuh. Terutama lawan politiknya. Dalam pekerjaannya yang berhubungan dengan birokrasi, Ahok pun tak segan-segan men-staf-kan pegawai negeri sipil (PNS) yang malas atau bekerja tak sesuai keinginannya.
Namun, siapa sangka cara politik yang dia ambil ini meneladani Isa Almasih atau Yesus, yang dia percaya sebagai umat Kristen.
“Cara berpolitik yang baik ya menurut saya kamu nyontek Tuhan Yesus,” kata dia saat menjawab pertanyaan salah satu peserta seminar Reformed Theology and Its Contribution To The World di Gedung Reformed Millenium Center Indonesia (RMCI) Kemayoran Jakarta Pusat, hari Sabtu (12/3).
“Tapi bukan cari pembenaran ya. Tuhan Yesus lebih kasar dari saya banting meja lho aku enggak pernah. Hahaha... Ini hanya bercanda saja. Maksud saya cara paling baik itu yang dibutuhkan dari Tuhan cara berpolitik kamu harus cinta negara, cinta rakyat, jadi hati itu harus Anda punya seperti Tuhan Yesus. Jadi targetnya itu adalah manusia.”
Selain Yesus, ada banyak nabi yang bisa diteladani untuk berpolitik. Misalnya Nabi Salomo dengan hikmatnya dan Daud sebagai seorang yang takut akan Tuhan. Meskipun seorang nabi juga melakukan kesalahan namun tidak menutup kemungkinan seorang politikus juga belajar dari kesalahannya agar tidak jatuh seperti mereka.
“Prinsipnya sederhana. Kita mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita ada. Karena kesejahteraan mereka juga kesejahteraan kita. Kita waktu melihat orang, kita melayani dia itu seperti empati Tuhan pada mereka. Sehingga kita melayani orang, salaman dengan orang itu betul-betul keluar dari hati kita karena kita pelayan,” kata dia.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...