Satgas PA Soroti Kealpaan Lindungi Anak Saat Bencana
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Bencana di negeri ini baru saja terjadi. Longsor di Banjarnegara dan banjir bandang di Garut. Kondisi ini sangat memprihatinkan banyak pihak.
Terlebih, bantuan belum menyasar semua pihak. Satgas Perlindungan Anak (PA) misalnya, menyoroti bantuan untuk bencana alam selama ini dipukul rata, dengan mengabaikan hak-hak anak.
“Dalam setiap kondisi buruk (bencana alam, konflik sosial, dan lain-lain) anak adalah korban rentan dan berlapis dalam berbagai situasi,” kata Koordinator Forum Dialog Antar Agama Untuk Kesejahteraan dan Holistik Anak (Fordakha ) Ilma Sovriyanti, saat dihubungi satuharapan.com, di Jakarta, hari Senin (26/9).
Menurut Eksekutif Koordinator Satgas PA ini, seorang anak dalam situasi buruk, dia tidak hanya kehilangan buku dan alat sekolahnya, tapi juga kehilangan orang tua dan keluarga yang melindunginya. Kondisi ini menjadikan anak rentan menjadi terlantar.
“Terlantar karena kehilangan keluarga, kehilangan sahabat dan kerabat, serta bisa kehilangan masa depan. Tidak hanya itu, ancaman menjadi disabilitas pun besar kemungkinan,” kata dia.
Ilma mengatakan bahwa umumnya dalam situasi bencana, sekolah akan menjadi kendala utama yang dihadapi anak. Karenanya, Pemerintah harus memperhatikan ini dengan baik jika tidak ingin generasi semakin terpuruk karena kondisi dan cara penanganan yang kurang tepat.
“Lihat apa yang dibutuhkan jangan berikan yang tidak diharapkan. Juga termasuk kualitas gizi dalam makanan,” kata dia.
Kemudian, pihak terkait juga diminta agar melakukan pendataan dengan baik dan membuka posko center sebagai lalu lintas koordinasi bagi pihak yang akan membantu warga korban. Ini penting, agar tidak ada tumpang tindih dan pihak yang dirugikan dalam pengumpulan dan verifikasi data.
“Tapi ini butuh koordinasi dan rapat gabungan,” kata dia.
Dalam situasi bencana, lanjut Ilma, penanganan korban anak sering terlupakan. Sebab, masih banyak pihak yang memukul rata jenis bantuan yang diberikannya, sehingga anak pun tidak dapat memakainya, atau pun jika terpakai itu bukan konsumsi anak.
“Seperti jenis makanan sehat, makanan untuk balita dan bayi serta kebutuhan perlengkapan berdasarkan tingkat usia bayi, batita, balita, remaja,” kata dia.
“Tekankan dalam membantu masalah anak, gunakan perspektif anak. Agar kita tahu apa yang dirasakan dan dibutuhkan anak.”
Selain itu, kata Ilma dalam masalah anak guna metode bermain untuk dapat menggali kembali keceriaan pada anak media harus berpartisipasi menyampaian keinginan anak.
“Disamping sebagai trauma healing dampak bencana, juga media harus bertisipasi anak dalam menyampaikan keinginanya, jadi bermainlah lebih dahulu dengan anak karena itu dibutuhkan anak," katanya.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...