Saudi Kecam Pernyataan Agresif Iran
RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mengecam "pernyataan agresif" oleh Iran, setelah Teheran menuduh Bahrain memicu Teluk ketegangan dengan membuat tuduhan tidak berdasar terhadap hal itu.
"Ini tidak bisa kami terima," kata Jubeir pada konferensi pers bersama dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini di Riyadh, Senin (27/7).
Pada hari Minggu (26/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham menuduh Bahrain membuat "tuduhan tak berdasar" bertujuan untuk menciptakan "ketegangan di kawasan itu," setelah Kementerian Dalam Negeri di Manama mengatakan telah menahan dua orang yang dituduh mencoba menyelundupkan senjata dari Iran.
"Ini tidak mewakili niat dari negara yang sedang mencari hubungan baik," kata Al-Jubeir dari laporan Iran. "Pernyataan-pernyataan ini meningkat dan mereka banyak."
Mogherini menegaskan bahwa kemauan politik yang kuat diperlukan dari Iran untuk memenuhi perhatian dalam dinamika regional dan stabilitas di kawasan itu. Dia mengatakan bahwa Arab Saudi dan Uni Eropa berbagi pandangan umum tentang isu-isu regional, seperti Palestina, Suriah, Yaman dan memerangi Daesh (ISIS). "Kami membahas semua masalah ini dalam pembicaraan kita di sini di Riyadh," katanya.
Mogherini terbang ke Iran untuk membahas pelaksanaan 14 Juli perjanjian Wina yang berupaya mengekang setiap upaya Iran untuk mendapatkan sebuah bom atom.
Uni Eropa memainkan peran utama dalam beberapa tahun perundingan antara Inggris, China, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, Jerman dan Iran. Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengunjungi Arab Saudi untuk membahas kesepakatan pekan lalu.
Kesepakatan nuklir tersebut membuat Iran untuk mengekang kemampuan nuklirnya termasuk jumlah sentrifugal uranium.
Pemantau internasional akan mengawasi proses, dan dalam pertukaran embargo yang telah melumpuhkan perekonomian Iran akan mereda.
Kesepakatan itu akan melihat ekspor minyak Iran dilanjutkan secara bertahap dan miliaran dolar aset beku terblokir.
Pekan lalu, Al-Jubeir mengatakan kesepakatan itu tampaknya memiliki perlindungan yang efektif, termasuk mekanisme pemeriksaan serta ketentuan untuk mengembalikan sanksi jika kekuatan dunia merasa Iran belum memenuhi komitmennya.
Tapi, kata dia, dukungan Teheran untuk daerah "terorisme" tetap menjadi perhatian. (arabnews.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...