Sebelum Meninggal Muhammad Ali Bela Islam dari Cercaan Trump
SATUHARAPAN.COM – Mantan petinju Amerika Serikat yang terlahir dengan nama Cassius Clay namun dikenal publik dengan Muhammad Ali membuat dunia bergetar karena semasa hidup sebagai aktivis – setelah menggantung sarung tinju – pernah membela kepercayaannya dari cercaan Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump
"Kita sebagai umat Islam harus membela mereka yang menggunakan Islam untuk memajukan negara,”kata Ali kala itu, seperti diberitakan New Zealand Herald, hari Sabtu (4/6). Ia mengatakan hal itu menanggapi pidato Trump yang mengatakan jika ia jadi presiden, umat Islam dilarang ke Amerika Serikat menyusul terjadinya aksi teror di Paris.
Muhammad Ali meninggal dunia dalam usia 74 tahun, hari Sabtu (4/6), seperti dikemukakan juru bicara keluarga, Bob Gunnell.
Gunnell menjelaskan Ali menderita Penyakit Parkinson selama hampir tiga dekade, penyakit neurologis tersebut perlahan-lahan menurunkan fungsi organ tubuhnya dan ketangkasan fisik. “Keluarga merencanakan pemakaman direncanakan di kampung halaman di Louisville, Kentucky,” kata Gunnell.
Ali tidak menjelaskan secara eksplisit dan menyerang Donald Trump secara individual, namun apabila ada ujaran bernada penghinaan dan kebencian terhadap etnis minoritas dia berjanji akan bertindak.
“Orang-orang seperti itu (Donald Trump, red) menjauhkan anggapan banyak orang yang ingin belajar tentang Islam. Muslim sejati tahu atau seharusnya tahu bahwa itu (ujaran kebencian, red) bertentangan dengan Islam,” kata Ali.
Dalam pernyataannya, Ali meminta politisi di Amerika Serikat untuk menggunakan akal sehat bila berbicara tentang Islam di Amerika. “Saya percaya para pemimpin politik kita harus menggunakan posisi mereka untuk membawa pemahaman tentang agama Islam dan menjelaskan bahwa ada pembunuh sesat yang memiliki pandangan orang sesat tentang apa Islam sebenarnya," kata Ali.
“Saya seorang Muslim dan saya menganggap tidak ada unsur Islam dalam peristiwa terorisme di Paris, penembakan San Bernardino, (Texas, Amerika Serikat), atau di mana pun di dunia," katanya.
“Setiap muslim di negara ini (Amerika Serikat, red) tahu kekerasan kejam yang bertentangan dengan ajaran agama kita,” kata Ali.
Itu bukan pertama kalinya Ali merasa harus membela umat Islam. Saat diwawancarai Readers Digest pada 11 September 2001 tentang aksi terorisme terhadap gedung menara kembar World Trade Center dia melontarkan pembelaan kepada sesama umat Muslim.
“Membunuh seperti itu (pesawat menabrakkan diri ke World Trade Center, red) tidak pernah bisa dibenarkan, saya tidak percaya hal itu terjadi. Banyak orang tidak bersalah dalam peristiwa itu, Islam adalah agama yang mengajarkan damai dan tidak mempromosikan terorisme atau membunuh orang,” kata Ali.
Ali mengemukakan sejak memeluk Islam di tahun 1960-an dia mengatakan tidak memiliki masalah menjadi Muslim di Negeri Paman Sam.
Ali menjawab dengan metafora, “Kita bisa menyebut tempat air berkumpul dengan sungai, kolam, danau dan telaga, mereka memiliki penyebutan nama yang berbeda-beda, tetapi semua mengandung air, sedemikian halnya dengan agama yang memiliki penyebutan yang berbeda di seluruh dunia, namun semua mengandung kebenaran,” kata Ali.
Kegigihan Muhammad Ali membela Islam yang senantiasa dikaitkan dengan terorisme mendapat dukungan dari Presiden AS, Barack Obama yang mengatakan dalam pidato bahwa Muslim Amerika adalah teman-teman dan tetangga kita, rekan kerja kita. “Mereka adalah pahlawan olahraga kami,” kata Obama.
Larangan Muslim Masuk AS
Beberapa bulan lalu, Donald Trump dalam kampanye di sebuah daerah di Amerika Serikat, menyerukan larangan apabila terpilih menjadi presiden akan melarang umat Islam memasuki Negeri Paman Sam. Trump kemudian, beberapa pekan lalu, melunakkan sikapnya saat melihat hasil pemilihan Wali Kota London yang dimenangkan Muslim Inggris keturunan Pakistan, Sadiq Khan.
Pengusaha real estat di New York tersebut membuat pengecualian yakni Sadiq Khan diizinkan memasuki teritori salah satu negeri adidaya dunia tersebut.
Trump juga dianggap melunak ketika mengatakan bahwa rencana pelarangan terhadap Islam masuk AS hanya kebijakan sementara, sebelum ada kebijakan yang lebih efektif. Namun di sisi lain, Donald Trump juga menunjukkan keseriusan terhadap gagasan itu karena dia mempertimbangkan membentuk sebuah komisi untuk mengawasi terorisme yang mengatasnamakan Islam. "Kita harus sangat berhati-hati," kata Trump kepada Fox News pada hari Rabu (11/5).
Kritik Trump
Sikap Trump yang plin-plan mendapat tentangan dari komedian terkemuka AS, Trevor Noah yang mengatakan Trump, adalah versi kulit putih dari kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Noah menceritakan hal tersebut kepada koresponden politik The Hill, Hasan Minhaj. “Ya Tuhan, Hassan dia itu ISIS kulit putih," kata Noah.
Baca Juga
- Trump Mulai Susun Kebijakan Larang Muslim Masuk AS
- Trump Dijuluki ISIS Kulit Putih
- PGI: Tolak Muslim Masuk AS, Trump Langgar HAM
- Trump Larang Muslim ke AS, Novanto, Fadli, Masih Dukung Dia ?
- Trump Serukan Boikot Starbucks
- Trump: Larangan Muslim Masuk AS Tak Berlaku bagi Sadiq Khan
- Ted Cruz Mundur, Jalan Trump Semakin Mulus Jadi Capres AS
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...