Sebuah Tempat Ibadah untuk Tiga Agama akan Dibangun di Berlin
BERLIN, SATUHARAPAN.COM – Seorang rabi, imam dan pendeta mulai berdoa bersama di bawah satu atap. Ini mungkin terdengar seperti lelucon, tapi harapan tinggi tersebut akan menjadi kenyataan di Berlin karena akan ada rumah ibadah antar agama dibangun di Berlin.
Tiga orang bekerja sama untuk membangun rumah ibadah yang dibuka untuk umum dengan nama “Rumah Satu” atau House of One di pusat ibu kota yang akan mencakup sebuah gereja, masjid dan sinagoga serta balai pertemuan bersama di pusat bangunan tersebut.
“Kami perhatikan, masyarakat di sini yang tinggal di tengah-tengah kota, banyak yang ingin bertemu dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan agama yang berbeda dan memiliki keinginan kuat untuk menunjukkan bahwa orang-orang dari agama yang berbeda bisa bersama,” kata Pastor Gregor Hohberg, Paroki St. Petri, Berlin kepada Associated Press. “Kami ingin membuat titik dan menunjukkan bahwa agama dapat menyebabkan perdamaian.”
Hohberg memberikan ide tentang pembangunan rumah ibadat ini dan bekerja sama dengan Rabi dari Berlin Tovia Ben Chorin dan Imam Kadir Sanci. Tiga pemuka agama ini berharap Kristen, Yahudi dan Muslim akan segera mempelajari dan berdoa bersama.
“Saya percaya pada kekuatan dialog,” kata Rabi Ben Chorin seperti yang dilansir oleh alarabiya.net pada Jumat (1/8). “Di dunia ini, kita memiliki dua kemungkinan: perang atau damai. Perdamaian adalah suatu proses dan untuk mencapai hal itu, Anda harus melakukan dialog.”
Tempat pertemuan antar agama mendatang ini rencananya akan dibangun di alun-alun Petriplatz di pusat kota Berlin. Saat ini di lingkungan tersebut tidak ada bangunan apapun, yang ada hanyalah beberapa pohon ara tua di sebidang tanah berpasir yang dikelilingi oleh jalan yang sibuk dan rumah tua bergaya Jerman Timur.
Tempat yang dipilih tersebut memiliki sejarah panjang yaitu merupakan pertama kalinya tempat itu ditetapkan sebagai sebuah kota di abad ke-13 dan selama ratusan tahun adalah rumah bagi Gereja St. Petri Berlin yang rusak berat selama Perang Dunia II dan akhirnya diruntuhkan oleh otoritas Jerman Timur pada tahun 1964.
Otoritas setempat menyatakan bahwa kota yang mewarisi cerita sejarah setelah jatuhnya Tembok Berlin pada 1989 telah memberikan persetujuan untuk pembangunan House of One.
Desain rumah itu akan dikerjakan oleh perusahaan arsitek Berlin, Kuehn Malvezzi dengan gambaran bangunan setinggi 40 meter dan sebuah menara yang dapat diakses oleh para pengunjung. Balai pertemuan pusat akan diisi kursi yang memuat hingga 380 orang. Sedangkan gereja, masjid dan sinagoga dibangun terpisah namun berdekatan dengan balai pertemuan tersebut.
Biaya pembangunan diperkirakan sebesar € 43.500.000 atau sekitar Rp 687 miliar dan dana sepenuhnya diperoleh melalui sumbangan. Dalam kampanye penggalangan dana secara online, tiga ulama meminta orang dari seluruh dunia untuk berkontribusi dengan membeli batu bata untuk bangunan masing-masing orang € 10 atau sekitar Rp 158.000.
Sejak meluncurkan kampanye penggalangan dana pada awal Juni, mereka telah menerima sekitar €35.000 atau sekitar Rp 553 juta. Tiga pemuka agama tersebut mencari sponsor perusahaan dan sumbangan yang lebih besar dari beberapa orang secara pribadi dan rencananya pembangunan ini akan dimulai pada 2016 mendatang. Tidak ada perkiraan waktu kapan rumah ibadat tersebut akan selesai.
Sementara itu, orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda telah menggunakan situs House of One untuk berdoa bersama. Pekan lalu, sekitar 150 orang datang bersama-sama untuk berdoa bagi perdamaian di Timur Tengah dan mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina. (alarabiya.net)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...