Sehat dan Cerdas di Rumah Bersama BPK PENABUR dan UK Maranatha
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM – Untuk memberikan wawasan kepada masyarakat terkait pandemi COVID-19, Universitas Kristen Maranatha berkolaborasi dengan BPK PENABUR Jawa Barat, menyelenggarakan webinar berjudul “Sehat dan Cerdas di Rumah Bersama BPK PENABUR dan Universitas Kristen Maranatha” pada Rabu, 20 Mei 2020.
Acara ini mengundang dosen Fakultas Kedokteran, Dr dr Theresia Monica Rahardjo MSi SpAn KIC sebagai narasumber yang memberikan penjelasan mengenai “Physical Distancing, Gejala COVID -19, dan Solusi Terapinya”.
“Sebagai mitra, kita ingin agar kerja sama ini selalu diisi dengan kegiatan bersama, baik akademis maupun nonakademis,” kata Direktur Kerja Sama Maranatha, Francis Anderson SKom.
Ia menjelaskan, melalui acara ini pakar yang dimiliki UK Maranatha bisa memberikan pemahaman mengenai COVID -19 dan sikap bertindak dalam menghadapi pandemi.
“Dengan nilai Integrity, Care, Excellence yang dimiliki Maranatha, bersamaan dengan moto BPK, Iman, Ilmu, Pelayanan, kita berharap dapat membantu masyarakat dalam memberi wawasan, memiliki keyakinan, hikmat, dan pengharapan untuk dapat bertahan di masa seperti ini,” katanya.
Di awal pemaparan materi, dr Monica menjelaskan asal-usul pemberian nama pada virus corona yang menyerang sistem pernapasan. Faktor usia menurutnya menjadi pengaruh untuk seseorang terinfeksi virus ini. Berdasarkan data penelitian kasus COVID -19 di Tiongkok, didapatkan data kematian usia di bawah 40-45 tahun relatif lebih sedikit. Oleh sebab itu, usia tersebut bisa diberikan kelonggaran untuk melakukan kegiatan ekonomi. “Pada intinya, jangan panik! Waspada dan hati-hati itu harus!” kata dr Monica.
Setelah memahami virus corona, dr Monica menjelaskan solusi dan pencegahan penyakit.
Berikut empat hal yang menjadi solusi pencegah, yaitu proteksi diri dengan rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, menerapkan etika batuk dan bersin, dan lain-lain.
Proteksi sesama dapat dilakukan dengan tidak meludah di sembarang tempat, menerapkan physical distancing, dan memakai masker. Ia juga mengatakan bahwa masa pandemi virus ini mengajarkan kita untuk bertenggang rasa kepada sesama. “Bukan sesuatu yang sulit untuk proteksi diri dan sesama, yang diperlukan hanya kedisiplinan dan kesabaran untuk membiasakan diri,” katanya.
Terapi plasma yang dr Monica gagaskan kepada Presiden Jokowi merupakan vaksin pasif yang dapat membantu penyembuhan COVID-19 sebelum vaksin aktif ditemukan.
Terapi plasma dibuat dengan mengambil plasma orang yang telah sembuh dari virus dan memberikannya kepada orang yang sedang terinfeksi. Terapi ini juga dapat dilakukan kepada orang yang dalam keadaan sehat untuk memberikan proteksi.
Melalui webinar ini, dr Monica ingin menyampaikan tiga pesan yang perlu diketahui oleh semua orang, yaitu mengenai pentingnya menerapkan physical distancing, menjaga kebersihan, dan menjalankan terapi bagi yang terinfeksi virus corona.
“Normal life setelah pandemi itu bisa, asalkan kita menerapkan parameter baru, yaitu physical distancing, jaga kebersihan, seperti mencuci tangan, menerapkan etika batuk, bersin, dan lain-lain,” katanya.
Ia juga berpendapat bahwa di tengah situasi seperti ini moto yang dimiliki BPK, yakni Iman, Ilmu, dan Pelayanan, bisa diterapkan dalam kehidupan.
“Iman yang berarti menyerahkan segalanya kepada Tuhan; Ilmu, yaitu berusaha maksimal dengan ilmu yang telah diberikan Tuhan; Pelayanan dengan mengamalkan ilmu bagi sesama,” katanya. (news.maranatha.edu)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...