Sektor Penerbangan Paling Terpukul oleh Krisis Akibat Pandemi
SATUHARAPAN.COM-Ekonomi global, khususnya industri penerbangan, menghadapi risiko yang berat, karena krisis pandemi virus corona, menurut laporan baru-baru ini oleh badan internasional Komite Koordinasi Kegiatan Statistik (Committee for the Coordination of Statistical Activities / CCSA).
Banyak sektor menghadapi krisis, namun krisis terdalam dalam sejarah dihadapi industri penerbangan ketimbang banyak industri lain. "Hanya pada bulan Maret, maskapai penerbangan diperkirakan kehilangan pendapatan US$ 28 miliar, penyedia layanan navigasi dan udara, masing-masing kehilangan sekitar US$ 8 miliar dan US$ 824 juta," menurut laporan dari badan yang terdiri dari banyak organisasi termasuk organisasi PBB.
Badan itu memprediksi prospek bulan April lebih suram. Dengan sekitar 90 persen armada global dihentikan dan permintaan perjalanan mencapai hampir nol, lalu lintas udara telah jatuh. Angkanya melebihi tingkat yang diamati selama peristiwa seperti SARS (Severe Aqute Respiratory Syndrome) dan serangan teror pada 11 September 2001. Ini menempatkan industri penerbangan di bawah tekanan yang ekstrem pada semua pemangku kepentingan sektor ini.
Terbesar Sejak PD II
Di pasar tenaga kerja, laporan itu mengatakan dunia menghadapi guncangan besar dalam penurunan lapangan kerja. Ini terbesar sejak Perang Dunia II. Jam kerja global diperkirakan turun 10,5 persen pada kuartal ini 2020, setara dengan 305 juta pekerja penuh waktu dengan 48 jam kerja per minggu, kata laporan itu.
Virus coronajuga menekan perdagangan global, dengan indikator menunjukkan penurunan tajam. Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memperkirakan penurunan akan meningkat selama kuartal kedua tahun ini.
Produksi manufaktur global yang sudah melambat di tahun 2019 juga menurun. Sedangkan sektor pariwisata, juga salah satu yang paling terdampak, menurun dalam kisaran 60% hingga 80% persen secara global tahun 2020. Namun ini bergantung pada durasi penutupan dan pembatasan perjalanan.
Pengiriman Internasional
Gangguan pada rantai pasokan pos internasional diperkirakan terjadi di tengah krisis. Hampir satu dari dua kiriman internasional terdampar. Volume internasional turun 23%, dan waktu bea cukai meningkat 32 faktor. "Secara keseluruhan, bahkan jika permintaan di dalam negeri untuk pengiriman dan penjualan online telah melonjak, surat internasional telah menurun," katanya.
Di sisi lain, industri farmasi mengalami booming, menurut laporan itu, dan diperkirakan akan tumbuh lebih banyak di periode mendatang. Impor dan ekspor produk medis mencapai US$ 2 triliun.
Selain itu, pasokan perlengkapan perlindungan yang digunakan dalam perang melawan COVID-19, mendorong kenaikan tarif rata-rata 11,5% dan bahkan mencapai 27% di beberapa negara.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...