Sekum PGI: Percampuran Budaya di Peresmian Grha Oikoumene
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Percampuran budaya mewarnai peresmian gedung baru Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang bernama Grha Oikoumene.
Hal ini disampaikan Pdt Gomar Gultom selaku Sekretaris Umum PGI di hadapan para undangan yang hadir saat Peresmian Graha Oikoumene, di Jalan Salemba Raya No.10, Jakarta Pusat, Rabu (15/10).
“Kami awalnya kebingungan, karena banyaknya budaya yang ada di Indonesia, dan kami tidak tahu bagaimana menggambarkan gereja di Indonesia ternyata terdiri dalam berbagai budaya,” Gomar menambahkan.
Gomar mensyukuri ini karena seluruh gereja-gereja tetap bersatu di bawah berbagai perbedaan budaya di Indonesia.
Percampuran budaya terlihat pada awal ibadah syukur yakni saat paduan suara dari GKJ (Gereja Kristen Jawa) Rawamangun menyanyikan lagu gereja “Monggo Sami Ndherek Gusti” yang berbahasa Jawa akan tetapi diiringi alat musik Gendang Tagading asal Sumatera Utara.
“Tagading mengiringi musik Jawa, bagi kami tidak hanya itu maknanya tetapi kami lebih mementingkan bagaimana PGI juga mengakomodasi budaya-budaya dari daerah lain,” Gomar melanjutkan.
Tidak hanya itu tradisi palang pintu yang biasa digunakan dalam pernikahan adat Betawi juga diadaptasi PGI dalam peresmian Grha Oikoumene ini. Prosesi ini diawali dua kelompok palang pintu berbalas pantun, kedua kelompok pemain palang pintu ini berasal dari Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Kampung Sawah.
“Makan kenari sambil minum kopi,
Sambil berlari sampe kota Bandung,
Kami datang kemari mau lihat gedung PGI
Klo dah jadi, kami mau nempatin nih gedung,” kata seorang palang pintu yang mengawal Ketua Umum PGI, A.A. Yewanggoe dan Sekretaris Umum PGI, Gomar Gultom.
“Oh mau nempatin nih gedung, tapi ade saratnye, bang..?” kata pemain palang pintu yang mengawal pintu depan Grha Oikoumene.
“Kalo begitu sebutin saratnye, bang” tantang sang pengawal Yewanggoe dan Gomar Gultom.
“Lu pengen tau ape saratnye, nih dengerin…
Kude lumping dari tangerang,
Kedipin mate cari menantu,
Pasang kuping lu terang-terang,
adepin dulu jago gue satu persatu,” jawab sang pengawal pintu depan Grha Oikoumene.
Tak lama kemudian peragaan pencak silat betawi mewarnai pembukaan Grha Oikoumene yang dimenangkan pengawal Ketua Umum PGI, A.A. Yewanggoe dan Sekretaris Umum PGI, Gomar Gultom, dan keduanya beserta dengan beberapa staf harian PGI berjalan masuk ke dalam gedung Grha Oikoumene.
Modifikasi prosesi palang pintu karena dua alasan yakni bentuk penghargaan PGI atas tempat dimana dia berada yakni di tanah betawi. Hal ini merupakan lanjutan kebijakan Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI yang telah memutuskan seluruh staf setiap Rabu mengenakan busana Betawi.
Kedua refleksi atas kasih Tuhan yang telah menyertai proses pembangunan gedung Grha Oikoumene.
Tidak hanya itu, tetapi peragaan budaya terlihat saat beberapa penari Gondang Batak Toba dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jemaat Sutoyo yang mengenakan pakaian daerah Sumatera Utara menarik persepuluhan saat kebaktian pembukaan sembari jemaat menyanyikan Pelengkap Kidung Jemaat 147 “Di Sini Aku Bawa”
Selain itu masih ada lagi peragaan budaya yang ditunjukkan oleh PGI dalam peresmian Grha Oikoumene ini antara lain Musik Kulintang dari Minahasa mengiringi lagu saat kebaktian yakni dari PKJ 7 “Bersyukurlah kepada Tuhan”
Lagu KJ 231 yang berjudul Oh Roh Kudus Ilhami akan dibawakan oleh warga Jemaat Gereja Kristen Batak Karo Protestan (GBKP) Klasis Jakarta Banten dalam bahasa Karo.
Lagu PKJ 282 yang berjudul Tuhan Tolonglah Bangunkan Iman akan dibawakan dalam versi bahasa Rote, Timor.
Gomar mengucap syukur bahwa dalam peresmian Grha Oikoumene tersebut para sesepuh PGI antara lain barisan mantan ketua umum seperti Pdt. (Em.) S.A.E Nababan, dan Pdt. (Em.) Soelarso Soepater.
Grha Oikoumene merupakan kantor tetap PGI, pada 25 Mei 2012 telah dilakukan peletakkan batu pertama oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe selaku Ketua Umum PGI bersama perwakilan dari gereja-gereja anggota PGI, perwakilan dari lembaga-lembaga mitra PGI dan (alm.) Taufik Kiemas, Ketua MPR RI saat itu.
Kemudian pada 14 Juni 2013 telah dilaksanakan breaking ground Gedung PGI untuk mengawali dilakukannya pembangunan Grha Oikoumene. Breaking ground dihadiri gereja-gereja anggota PGI se-Jabodetabek, mitra-mitra lintas iman, lembaga-lembaga dan yayasan-yayasan bentukan PGI.
Saat ini lantai dua hingga lima bangunan Grha Oikoumene masih dalam proses penyelesaian akhir. “Kemungkinan bisa ditempati nanti 1 November,” kata Gomar Gultom, Sekretaris Umum PGI kepada satuharapan.com, Rabu (15/10).
Editor : Bayu Probo
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...