Sekum WCC Bicara Keadilan dan Perdamaian di Kongo
KINSHASA, SATUHARAPAN.COM – Dalam pelayanan ekumenis yang diselenggarakan oleh gereja-gereja Kongo dan Paroki Murid-murid Kristus di Lemba, Kinshasa, Republik Demokratik Kongo (DRC), Pdt. Dr. Olav Fykse Tveit, sekretaris umum Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC), membagikan refleksi tentang kebangkitan Kristus yang dihubungkan dengan DRC yang dikenal oleh sebagian orang sebagai “negara yang terlupakan dengan masalah yang dilupakan”
Tveit, yang saat itu berada di DRC, memimpin delegasi WCC mengunjungi negara tersebut dari tanggal 25 April hingga 2 Mei 2014. Delegasi tersebut bertemu dengan gereja-gereja anggota WCC dan organisasi ekumenis dan termasuk wakil-wakil dari Konferensi Gereja Seluruh Afrika (AACC) dan Organisasi Institut Gereja Afrika (OAIC).
Layanan ekumenis ini dihadiri oleh lebih dari 2000 orang. Dalam kotbahnya, Tveit fokus berbicara tentang keadilan, perdamaian, keamanan dan harmoni di DRC, Afrika dan sekitarnya. Selain itu, dia juga membagikan refleksi tentang kebangkitan Kristus.
“Menurut Injil Yohanes, adalah seorang wanita yang menangis yang bernama Maria Magdalena. Dia adalah orang pertama yang bertemu dengan Kristus yang telah bangkit. Kebangkitan Kristus tidak terjadi dalam keadaan yang sempurna,” kata Tveit.
“Kristus bangkit untuk bertemu dengan orang-orang yang berduka dan menderita seperti dia, menjadi korban ketidakadilan, yang berdosa dan mati. Hal itu terjadi dalam kegelapan, ketika tidak ada orang yang mengharapkan Dia,” kata Tveit.
Tveit melanjutkan dengan mengatakan bahwa pesan ini diterima dan dirayakan di seluruh dunia, dan itu merupakan pesan yang sangat penting bagi gereja dan masyarakat di DRC.
“Kristus telah bangkit untuk Anda,” kata dia.
“Kebangkitan Kristus membawa dan mengembalikan martabat diantara orang banyak,” lanjutnya.
“Dia bangkit di dunia yang membutuhkan pemulihan hubungan yang rusak. Maria Magdalena, seorang perempuan yang terpinggirkan, martabatnya telah dipulihkan ketika Kristus muncul padanya pertama kali dan memanggil dia dengan namanya. Kristus yang telah bangkit mempercayakan sebuah misi kepada Maria Magdalena untuk pergi dan mengumumkan kabar baik kepada saudara-saudaranya dan seluruh dunia,” kata Tveit.
Tveit melanjutkan, “Kebangkitan menunjukkan bahwa ketidakadilan, dosa dan kematian bukanlah akhir dari segalanya. Ada sebuah kata keselamatan, keadilan dan perdamaian untuk dibagikan. Kristus yang bangkit memanggil kita untuk memberitakan kepada mereka bahwa disinilah sejarah keadilan dan perdamaian dimulai.”
Di Kinshasa, delegasi WCC bertemu dengan Uskup Pierre Marini Bodho, presiden nasional Gereja Kristus di Kongo, Uskup David Yemba Kekumba dari Persatuan Gereja Methodist dan ketua Komite Nasional Gereja-gereja di DRC dan perwakilan dari Gereja Kristus di Kongo dan gereja-gereja anggota WCC lainnya di DRC.
Menurut sumber berita online oikumene.org yang dilansir pada Selasa (29/4), delegasi WCC bersama dengan perwakilan dari AACC dan OAIC juga mengunjungi gereja-gereja lokal. Pertemuan mereka termasuk bertemu dengan Simon Kimbangu dari Church of Jesus Christ on Earth by His Special Envoy. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan pembentukan komisi pendamping yang melibatkan WCC, AACC dan OAIC dan gereja-gereja di Kongo dari organisasi ini.
Anggota delegasi WCC beribadah bersama dengan jemaat lokal yang berbeda di Kinshasa pada Minggu (27/4). Sekum WCC juga berkotbah di Katedral Centenary.
Sementara berada di DRC, delegasi WCC dijadwalkan bertemu dengan lebih banyak lagi perwakilan gereja dan pempimpin politik di negara itu. (oikumene.org)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...