Loading...
HAM
Penulis: Ignatius Dwiana 05:55 WIB | Senin, 02 September 2013

Selalu Ada Upaya Menggagalkan Keadilan bagi Korban 65

Mantan Wakil Ketua Komnas HAM Stanley Adi Prasetyo. (Foto Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Selalu ada upaya-upaya yang menggagalkan untuk menegakkan keadilan bagi korban ‘65. Temuan-temuan dalam 10 hingga 15 tahun terakhir untuk menegakkan keadilan seakan-akan terabaikan, atau  mungkin sengaja diabaikan negara. Upaya menegakkan keadilan bagi korban dan keluarganya selalu gagal.

Hal itu diungkapkan Mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Stanley Adi Prasetyo, dalam Tele-Konferensi “Keadilan Sejarah dalam Menyikapi Tragedi ‘65” di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta pada hari Jum’at (30/8).

“Semua rahasia dan yang dirahasiakan Orde Baru telah menjadi pengetahuan umum. Setelah itu ada begitu banyak diskusi mengenai ’65. Dalam diskusi tersebut kita selalu membicarakan rahasia umum tentang siapa yang menjadi korban, siapa yang menjadi pelaku, berapa jumlah korban, apa yang terjadi, dan sebagainya.”

Stanley Adi Prasetyo yang pernah melakukan kajian tentang ’65 di Purwodadi selama dua tahun tentang pembantaian masal dari ’65 sampai ’69 menyatakan keprihatinannya. Keluarga korban ’65 semakin sepuh sementara generasi-generasi baru lahir dan perlahan mulai lupa akan apa yang terjadi pada masa lalu. Penguasa baru bermunculan dan semakin abai terhadap apa yang terjadi  pada para korban ‘65.

“Bagaimanapun penegakan keadilan menyoal peristiwa 1965-1969 berkaitan erat dengan situasi politik mutakhir. Keadaan ini tidak akan berubah selama penguasa yang dipilih rakyat dalam Pemilu tidak berpihak pada keadilan dan dipengaruhi stigma negatif kepada komunisme yang dibangun Orde Baru. Atau malah menjadi bagian dari pelanggaran HAM itu sendiri.” Kata Stanley Adi Prasetyo yang juga Anggota Kehormatan Seumur Hidup Aliansi Jurnalis Timor Leste (AJTL).

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home