Selamatkan Satwa dengan Ajaran Agama?
BROMO, SATUHARAPAN.COM – Udara berubah cepat di perbukitan kawasan konservasi Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, pada saat pelatihan sejumlah anak muda yang ingin menjadi penjaga hutan.
Matahari sempat bersinar, kemudian cuaca menjadi berkabut diiringi hujan dan angin tatkala 10 anak muda berlatih menjadi rangers Maret lalu.
Anak-anak muda ini mendaftarkan diri menjadi ranger ProFauna, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam perlindungan satwa.
Mereka belajar bela diri dan ketahanan fisik untuk mengantisipasi kemungkinan intimidasi dari pemburu yang masih banyak berkeliaran di daerah konservasi di Jawa.
Sasaran pemburu di kawasan Taman Nasional ini termasuk lutung, elang dan banyak binatang lain yang dilindungi.
Selain bela diri, para calon penjaga hutan ini juga dibekali dengan ajaran agama terkait perlindungan satwa.
Pendiri ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, mengatakan dengan ajaran agama, masyarakat lebih mudah untuk diajak untuk ikut menjaga satwa, terutama yang dilindungi.
Islam Peduli Satwa
"Pelatihan ini dilakukan untuk mencegah perburuan binatang di kawasan konservasi alam, karena kawasan konservasi alam sangat luas dan penjaga hutan sedikit sementara kasus perburuan satwa cukup banyak. Kami membantu kekosongan untuk melatih rangers yang bekerja secara suka rela," kata Rosek seperti yang dilansir dari bbc.com pada Sabtu (9/5).
"Dengan pendekatan agama, masyarakat lebih bisa menerima apa yang kita sampaikan, karena agama mewajibkan kita untuk menjaga alam," kata dia.
"Tahun kemarin kami berhasil menggagalkan 30 rencana perburuan satwa di kawasan konservasi alam yang kemudian batal...jadi langkah pelatihan ini efektif," kata Rosek.
Dalam satu tahun terakhir, sudah ada sekitar 50 penjaga hutan yang dilatih termasuk 25 di Kalimantan, bekerja sama dengan gereja Katolik setempat, tambahnya.
Ajaran agama untuk melindungi satwa ini juga diangkat melalui kelas-kelas khusus di sedikitnya 30 pesantren di Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir, kata Rosek, dengan menggunakan buku berjudul Islam Peduli Satwa.
Tetapi Rosek mengakui upaya meningkatkan kesadaran menjaga satwa lewat ajaran agama ini perlu waktu lama agar sampai benar-benar membantu mengurangi angka perdagangan ilegal dan perburuan.
"Dengan mengajarkan para siswa-siswi dari usia muda, kami harapkan akan terpatri dalam ingatan mereka untuk menjaga dan melindungi satwa," kata Rosek.
Fatwa MUI
Tahun lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa berisi seruan bagi umat Islam di Indonesia untuk melindungi satwa yang dilindungi dengan menjaga habitat dan menekan perdagangan gelap.
Organisasi konservasi WWF menggambarkan fatwa pertama di dunia ini merupakan langkah positif untuk melindungi binatang.
Namun di tengah sejumlah upaya melalui pendekatan agama ini, angka perdagangan satwa ilegal masih menunjukkan kenaikan.
Kematian gajah, misalnya, menurut WWF Indonesia, mencapai 60 ekor dalam dua tahun terakhir, sebagian besar akibat perburuan gading.
"Tahun 2015 saja sudah ada tujuh ekor gajah yang ditemukan mati...dan kenyataannya jumlah gajah dan harimau terus menurun dan ini akibat perburuan," kata Nyoman.
Nyoman Iswarayoga, direktur komunikasi dan advokasi WWF Indonesia, mengatakan angka perburuan meningkat karena permintaan yang meningkat terutama dari Asia Timur.
"Data menunjukkan permintaan satwa masih tinggi untuk berbagai alasan, seperti untuk dipelihara, untuk obat tradisional dan kebanggaan untuk memiliki satwa yang dilindungi."
Editor : Eben Ezer Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...