Selebriti Jadi Biarawati, Kejutkan Publik
• Ada wartawan dan petenis.
• Ada yang dimotivasi politik. Ada juga yang karena panggilan.
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah berita menarik datang dari London. Wartawati BBC, Martina Purdy, mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya dari lembaga penyiaran Inggris yang legendaris itu pada 10 Oktober lalu.
Ini mengejutkan karena perempuan berwajah cantik ini memiliki karier cemerlang sebagai wartawan politik. Dalam 15 tahun terakhir, Purdy dapat dikatakan satu dari sedikit wanita paling terkenal di BBC Irlandia Utara berkat laporan-laporan jurnalistiknya. Tak kurang dari 25 tahun umurnya dihabiskan dengan berkarier sebagai wartawan.
Pengunduran dirinya lebih mengejutkan lagi bila menyimak alasannya. Dikenal sebagai penganut Katolik yang taat, Purdy mundur dengan alasan ingin memasuki dunia baru, yaitu dunia keagamaan dengan bergabung pada sebuah kongregasi gereja Katolik. Awalnya ia tidak menyebutkan nama kongregasi tersebut. Namun sebuah foto yang diambil dua hari setelah pengumuman pengunduran dirinya, mempertunjukkan ia berjalan kaki bersama enam biarawati menuju Katedral St Peter di Belfast, tanah kelahirannya. Para biarawati yang menemaninya berasal dari biara Adoration Convent.
“Saya tahu banyak orang tidak akan memahami keputusan ini,” kata mantan wartawan Irish News ini, dalam keterangan resminya sebagaimana dilansir oleh sejumlah media internasional.
“Ini merupakan keputusan yang tak mudah saya ambil, tetapi merupakan keputusan yang saya cintai dan memberi sukacita besar. Saya memohon dukungan doa seiring dengan langkah saya memulai jalan ini dengan segala kerendahan hati, iman dan kepercayaan. Ini adalah keputusan yang sangat pribadi. Saya meminta media menghormati privasi saya dan privasi kongregasi tempat saya bergabung karena saya akan menghadapi tantangan baru dalam hidup saya,” kata Purdy.
Kisah Andrea Jaeger
Purdy bukan satu-satunya perempuan yang memutuskan meninggalkan dunia yang memberinya sukses lalu memasuki ‘panggilan baru’ dengan menjadi biarawati. Tahun 2008, dunia tenis dikejutkan dengan keputusan Andrea Jaeger untuk bergabung dengan Ordo Biarawati Dominika di Amerika Serikat. Jaeger adalah salah satu petenis terkenal di masa jayanya. Di usia 16, perempuan kelahiran Chicago berdarah Jerman ini sudah menduduki urutan kedua daftar petenis perempuan terbaik dunia. Sejak masih usia 14, ia sudah kerap disejajarkan dengan nama-nama petenis hebat seperti Christ Evert, Jean Billy King dan Martina Navratilova.
Peter Robertson, yang menyusun sebuah narasi tentang Jaeger berjudul Why I became a nun, by former tennis star Andrea Jaeger dan dilansir oleh Mail Online, mengungkapkan keputusan menjadi biarawati itu bagi Jaeger merupakan bagian dari perjalanan dan pertumbuhan iman dirinya yang selama ini luput dari pemberitaan media. Jaeger mengakui sejak kecil ia sudah merasa hidupnya dalam penyertaan Tuhan. Menurut dia, sejak kanak-kanak dirinya rajin berdoa, walaupun orang tuanya bukan orang yang religius. Ia juga merasakan bahwa panggilan Tuhan baginya untuk menolong orang susah sudah ada sejak sebelum ia menerjuni dunia tenis.
“Orangtua saya memang tidak pernah ke gereja. Kami tidak memiliki Alkitab di rumah, tetapi apa pun alasannya, saya merasakan Tuhan memberi saya karunia iman. Saya selalu berdoa sejak saya kecil. Tidak ada yang mengajari saya untuk melakukan itu. Saya tidak mempelajarinya di sekolah atau di TV. Tapi saya tahu betul bahwa Tuhan ada dan kami bersahabat serta memiliki hubungan pribadi. Tidak ada keluarga yang tahu bahwa saya berdoa setiap hari dalam hidup saya,” kata Jaeger.
Tahun 1985 Jaeger mengalami cedera di bahu. Itu menjadi alasan baginya mundur total dari dunia tenis. Ia meninggalkan hiruk-pikuk dunia selebriti lalu mendirikan sebuah lembaga amal, Little Star Foundation, yang kegiatannya menolong anak-anak penderita kanker. Namun ternyata panggilan untuk ‘mengabdi’ kepada Tuhan ia rasakan tidak cukup sampai di situ.
Pada tahun 2006 ia meraih gelar dalam bidang Ministry Training & Theology. Lalu ia bergabung pada Dominican Sisterhood Programme, yang menjadi jalan baginya menjadi biarawati. “Ini merupakan disiplin yang ketat,” kata dia menceritakan bagaimana hidupnya di biara. “ Saya bangun pukul 4 pagi, berdoa dan menelaah Alkitab lalu mulai bekerja pukul 5 atau 6 di lembaga amal, menyusun program dan menjalankannya,” kata dia.
Apa yang Dicari?
Sampai sejauh ini Purdy belum mengungkap secara jelas apa yang ingin dia cari sehingga memutuskan hidup membiara. Melalui akun twitter-nya, ia hanya mengucapkan terima kasih kepada publik atas dukungan terhadap pilihannya. Masih melalui akun twitter-nya, ia juga menyuguhkan tautan video Mary Black menyanyikan Bright Blue Rose, yang liriknya antara lain berbunyi: “For all of you who must discover, for all who seek to understand. For having left the path of others, you find a very special hand.”
Bila menyimak lirik lagu ini, ada kesan Purdy ingin menjauh dari ketegangan politik di tanah kelahirannya ke dunia biara yang lebih memberi kedamaian. Sebagai wartawan, ia terlibat banyak dalam proses negosiasi konflik Irlandia Utara-Inggris yang sudah sangat lama. Namun, lagu tersebut juga memberi kesan bahwa Purdy sedang membutuhkan bantuan. Dan bantuan itu hanya dapat ia peroleh dari Tuhan.
Memang terdapat spekulasi yang mengaitkan pengunduran diri Martina Purdy dengan mundurnya sejumlah presenter perempuan di BBC Irlandia Utara. Sebelumnya, yang sudah mengundurkan diri adalah presenter olah raga, Denise Watson, penyiar berita, Sarah Travers, editor berita, Angelina Fusco dan reporter Natasha Sayee.
Berbeda dengan motif dan alasan pengunduran diri Purdy yang masih samar, Jaeger memiliki motivasi dan alasan yang lebih terang. Jaeger membiara karena sejak kecil ia merasakan itulah panggilannya. Namun, faktor lain yang tidak kalah penting ialah persaingan di dunia tenis yang ia rasakan sangat ganas. Ini menyebabkan ia merasa kehilangan kasih termasuk dari orang-orang dekatnya. Apalagi ia dilatih oleh ayah kandungnya sendiri yang menerapkan disiplin ketat. Acap kali ia dipukul dengan ikat pinggang untuk menuntut disiplinnya.
“Sangat sulit bagimu bila ayah sendiri yang menjadi pelatih. Sebab, kamu akan kehilangan sifat kebapa-annya,” kata Jaeger. Tetapi ia tidak ingin menyalahkan ayahnya. Menurut dia, ayahnya dibesarkan di Jerman dalam tradisi di mana dipukul dengan ikat pinggang adalah hal biasa. “Mungkin beliau ingin mengajar saja dengan cara itu, tetapi saya mempelajari hal itu dari Tuhan. Saya tidak perlu belajar dengan cara dipukul,” tutur dia.
Ia mengakui banyak kehilangan keceriaan masa kecil karena tekanan kompetisi di dunia tenis. Dan kini di biara, hal itu ia temukan kembali.
Dikotomi yang Tidak Perlu
Kisah dua selebriti ini mau tidak mau membawa kita pada topik klasik yang tampaknya tak pernah usang. Sampai abad pertengahan, khususnya bila kita mengacu pada berbagai literatur dalam tradisi kekristenan, hidup membiara memang masih dianggap panggilan hidup terhormat. Hidup yang paling berharga adalah hidup yang mengumpulkan kekayaan rohani. Dan itu tempatnya di biara. Hidup di biara merupakan pengabdian paling sempurna.
Memang tidak berarti bahwa kehidupan di luar biara jahat atau hina. Orang-orang Kristen yang tidak membiara, tetap boleh hidup dan bekerja mengumpulkan kekayaan materi. Tetapi secara implisit hidup yang demikian dianggap lebih rendah tingkatannya. Dan semua orang dianggap memiliki hasrat untuk mulia dengan hidup di biara. Hanya oleh karena keterbatasan saja maka ada orang yang tidak mampu meninggalkan kehidupan dunia, lalu masuk biara. Pokoknya, kehidupan di biara merupakan kehidupan paling ideal (Eka Darmaputera, Etika Sederhana untuk Semua, BPK Gunung Mulia, 1990, hal 104-105).
Para tokoh reformasi, terutama Martin Luther, kemudian membawa perubahan yang radikal melalui apa yang dikenal sebagai doktrin Imamat Am Orang percaya. Melalui doktrin ini Martin Luther menghapus semua keterpisahan antara biara dan dunia antara yang Imam dan yang Awam. Sebab menurut dia, imam tidak lebih mulia daripada awam oleh karena awam juga mendapat imamat untuk menjadi imam bagi dirinya. Dengan kata lain semua orang adalah imam. Kehidupan biara tidak lebih mulia daripada kehidupan dunia. Sebab seluruh dunia inilah sekarang yang menjadi biara bagi orang percaya.
Selanjutnya melalui ajarannya tentang Panggilan (Beruf) Martin Luther menekankan bahwa bukan hanya bila orang menjadi imam atau hidup di biara serta melakukan ibadah saja, maka ia melakukan panggilan Tuhan. Martin Luther menunjukkan bahwa semua orang percaya adalah orang yang terpanggil. Seluruh kehidupan orang percaya adalah melaksanakan panggilan hidup Allah. Dan panggilan itu ialah melakukan pekerjaannya di dunia ini dengan sebaik-baiknya.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...