Semangat Natal Warnai Dies Natalies ke-52 PIKI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) mengadakan Dies Natalis ke-52 dan perayaan Natal, hari Sabtu (19/12), di Kirana Ballroom Hotel Kartika Chandra Jakarta. Kelahiran PIKI tepat seminggu sebelum umat Kristen memperingati Hari Natal, kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Acara tersebut terdiri dari pembukaan, ibadah syukur, upacara nasional, orasi dies, pidato ketua umum, dan pemotongan tumpeng. Tema acara “Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa” diambil dari Amsal 14:34. Sedangkan sub tema “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan Demi Peningkatan Derajat Peradaban Bangsa dan Kesejahteraan Rakyat” memiliki arti strategis di tengah hiruk pikuk perilaku banyak pimpinan atau elite politik yang semakin mengedepankan kepentingan pribadi serta golongan di atas kepentingan rakyat dan negara.
Dies Natalis 2015 bagi PIKI memiliki signifikansi tersendiri, setidaknya bagi para pengurus yang menyediakan waktu, ide, bakti, dan tenaganya untuk mengangkat kembali “derajat PIKI”. Setelah mengalami stagnasi selama beberapa periode, tahun 2015 PIKI kembali mampu menegakkan amanat dan panggilan organisasi dengan melakukan Kongres pada bulan Maret 2015 dan menghadirkan Dewan Pengurus Pusat Masa Bakti 2015-2020. Semangat untuk membangun kembali PIKI sebagai “rumah bersama” Inteligensia Kristen di Indonesia, dan membuat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PIKI menyediakan dirinya menjadi pelayan dan fasilitator para Inteligensia Kristen untuk mampu memberi diri dan kemampuannya bagi bangsa, gereja, dan sesama manusia Indonesia.
“Saat ini, di seluruh belahan dunia termasuk juga di Indonesia, kita terus menyaksikan berbagai peristiwa seperti peperangan, resesi ekonomi, bencana alam, dan tragedi kemanusiaan lainnya. Kehidupan umat manusia yang semakin terancam karena hilangnya rasa damai, solidaritas kemanusiaan, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Dalam konteks-konteks itulah PIKI perlu hadir dalam posisi yang kritis, konstruktif, dan senantiasa produktif menyumbangkan ide gagasan serta peran aktif di lapangan sebagai bagian dari solusi,” kata Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Michael Wattimena.
“Kembali aktifnya PIKI dalam kegiatan fungsional keorganisasiannya adalah sebuah harapan yang sudah lama dinantikan oleh umat Kristen di Indonesia dan segenap rakyat Indonesia. Pelaksanaan konsilidasi sampai di berbagai daerah di Indonesia akan menjadi sebuah bentuk baru dalam mendorong lebih kuat peran dan partisipasi orang-orang Kristen di bangsa ini,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Ayub Manuel Pongrekun.
Selain penguatan peran internal dan eksternal, PIKI juga diharapkan bisa bersama-sama GMKI dalam mendorong aktifnya kembali Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI) yang bertujuan mempersiapkan sejak awal kader-kader Oikumenisme dan Nasionalisme.
Secara historis, Inteligensia Kristen di Indonesia telah hadir dan memberikan dampak positif sejak negara ini berdiri, seperti A.A Maramis, TB Simatupang, Todung Sutan Gunung Mulia, Yap Thiam Hien, Benyamin Philip Sigar, dan lain-lain yang telah tuut memberikan andil terhadap pemerintahan dan arah pembangunan negara ini. Bahkan beberapa di antaranya berkontribusi secara aktif dalam pendidikan, khususnya bagi orang Kristen di Indonesia.
“Sesuai dengan tema Dies Natalies ke-52 PIKI kali ini, “Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa”, maka sesungguhnya kita diingatkan bahwa kehadiran Inteligensia Kristen di Indonesia diharapkan bukan saja sekedar untuk membangun bangsa dan negara ini melalui perkataan, pemikian, dan perbuatan mereka, tetapi juga perlu bersama-sama memikul tanggung jawab dalam upaya meninggikan derajat Bangsa Indonesia di tengah-tengah dunia. Untuk itu, PIKI bersamasama dengan Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan lembaga Kristen lainnya dituntut untuk berkontribusi secara nyata membangun bangsa ini dalam menghadapi perubahan, baik secara regional maupun internasional,” kata Rektor UKI, Maruarar Siahaan.
Ketua Umum DPP PIKI berpidato dan menyoroti permasalahan-permasalahan yang sedang merebak dan belum tertangani dengan baik di Indonesia seperti kasus pelanggaran HAM, persoalan demografi dan kependudukan Indonesia, kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak, kerusakan lingkungan, nasib masyarakat Papua yang menerima ketidakadilan akibat keserakahan pihak-pihak berpentingan, PILKADA, peristiwa GKI Yasmin, persoalan di Singkil Aceh, dan kasus Tolikara Papua.
“PIKI ingin menegaskan bahwa negara atau pemerintah haruslah mempunyai standing position yang jelas dan tegas terhadap keadaan yang sangat berbahaya ini. PIKI hadir di seluruh wilayah Indonesia menunjukkan bahwa PIKI ada dalam barisan kebangsaan. Dalam kepedulian itulah, kami DPP PIKI berkeyakinan, bahwa kita semua diutus untuk menegakkan derajat bangsa melalui sikap dan dengan hal-hal yang tepat dan benar,” kata Ketua Umum DPP PIKI, Baktinendra Prawiro.
“Kita berharap dengan kepengurusan yang baru melalui Dies Natalis ke-52 ini, PIKI hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia, dapat menunjukkan eksistensinya, dan dapat menjadi garam dan terang di tengah-tengah persoalan kebangsaan kita yang memerlukan kehadiran para intelektual Kristen dalam memberikan kontribusinya. Kita mempunyai segudang tokoh-tokoh dan intelektual kristen yang dapat diorganisir oleh PIKI untuk bersama-sama dengan anak bangsa yang lain dalam menjalankan apa yang belum tersentuh oleh pemerintah dalam visi dan misi menjadikan Indonesia yang lebih baik. Kebebasan beribadah dan menjalankan keyakinan juga harus berlangsung dengan baik di negeri ini. Kita berkepentingan besar sebagai anak-anak bangsa untuk memajukan bangsa Indonesia. Kalau kita bersatu padu dan bergandengan tangan kita pasti dapat memberikan sumbangsi yang nyata bagi bangsa dan negara ini,” Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna Hamonangan Laoly.
Selayang Pandang PIKI
PIKI resmi dideklarasikan keberadaannya secara nasional pada tanggal 19 Desember 1963, bertempat di kampus UKI Jakarta, setelah sebelumnya mendahului kelahirannya di Makassar, Bogor, Bandung, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Salatiga.
Kehadiran PIKI menjadi jawaban atas berbagai kerinduan yang tercermin dari rekomendasi sejumlah pertemuan nasioanal lembaga-lembaga Kristen, antara lain Sidang Raya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), yang sekarang Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Kongres Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Konsultasi Nasional Pendidikan Kristen, dan lain-lain.
PIKI juga sebagai jawaban umat Kristen mengahadapi pertikaian ideologis antara dua kutub ekstrim Masyumi dan Komunis, yang masih berkepanjangan pasca Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 kembali ke Undang-undang Dasar 1945 berdasarkan Pancasila, disamping sebagai solusi atas kebutuhan akan adanya institusi yang mengakomodir dan melayani para alumni pasca pendidikan perguruan tinggi maupun pasca beraktifitas di Gerakan Siswa Kristen Indonesia (GSKI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...