Senin Pagi Rupiah Menguat Menjadi Rp 10.960, IHSG Naik 11,04 Poin
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (21/10) pagi bergerak menguat sebesar 148 poin menjadi Rp 10.960 dibanding posisi sebelumnya (18/10) Rp 11.108 per dolar AS.
Sementara kurs mata uang Rupiah pada Jumat (18/10) pagi menguat 200 poin terhadap dolar AS, setelah adanya ekspektasi pasar terkait kelanjutan program stimulus keuangan bank sentral Amerika Serikat (the Fed).
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar 200 poin menjadi Rp 10.950 dibanding posisi sebelumnya Kamis (17/10) Rp 11.150 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Rangga Cipta mengatakan, bahwa kombinasi antara berakhirnya pemberhentian kegiatan (shutdown) di AS dan harapan penundaan pengurangan stimulus the Fed mendorong dolar AS tertekan.
"Seperti perkiraan, pasar mulai kembali fokus pada jadwal `tapering` the Fed," kata Rangga pada Jumat (28/10).
IHSG Naik 11,04 Poin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (21/10) dibuka naik 11,04 poin atau 0,24 persen menjadi 4.557,61. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 2,92 poin (0,38 persen) ke level 770,62.
"IHSG BEI kembali dibuka menguat meski relatif terbatas seiring minimnya sentimen positif baru dari domestik," kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung di Jakarta, Senin.
Menurut Benedictus Agung, indeks BEI diperkirakan akan mengikuti pergerakan bursa Asia yang mayoritas menguat seiring ekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed akan menunda pengurangan stimulus keuangannya.
"Pasar mengekspektasikan bahwa The Fed akan kembali menunda `tapering`-nya dalam pertemuannya di akhir Oktober ini bahkan hingga awal tahun depan," kata dia.
Head of Research Valbury Asia Securities, Alfiansyah menambahkan adanya dukungan sentimen positif dari global memberikan peluang bagi IHSG kembali berad di area positif.
"Masalah krusial ketidakpastian pasar telah terlewati di pekan lalu, berikutnya pasar akan mengukurnya lewat data ekonomi. Salah satu data ekonomi pekan ini yang menjadi perhatian pasar berkenaan dengan data ketenagakerjaan AS, karena pelaku pasar akan melihat seberapa besar dampak `shutdown` AS," kata Alfiansyah.
Selain itu, lanjut dia, data ekonomi yang dicapai China di periode Juli-September dinilai positif dan itu bisa menciptakan perbaikan pandangan bagi pelaku pasar global akan prospek ekonomi terutama untuk kawasan Asia.
"Bagi Indonesia, pertumbuhan ekonomi China akan berdampak positif ke perekonomian Indonesia, terutama mengurangi tekanan defisit neraca pembayaran Indonesia," kata dia.
Sementara itu, bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng menguat 146,69 poin (0,63 persen) ke level 23.486,79, indeks Nikkei-225 naik 96,71 poin (0,69 persen) ke level 14.661,93, dan Straits Times menguat 12,08 poin (0,38 persen) ke posisi 3.204,98. (Ant)
BRIN: Duri Landak dapat Jadi Gel Penyembuh Luka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terhadap manfaat ...